Tuesday, December 9, 2014

"SISI KELAM CONCERT PIANIST" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato Article, December 2014)

"SISI KELAM CONCERT PIANIST"
Article Staccato, December 2014
by: Jelia Megawati Heru

“Waktunya bangun, sayang. Apakah kakimu sudah menyentuh lantai?
Ayo, sudah waktunya untuk latihan piano lagi,”
ujar seorang Ibu kepada anak semata wayangnya, yang berumur enam tahun.

BERAWAL DARI SEBUAH MIMPI
Fenomena menjadi seorang concert pianist yang bermain pada sebuah grand piano Steinway atau Fazioli di bawah sorot lampu spotlight, memakai tuxedo di gedung konser terkenal, dielu-elukan penonton dengan standing ovation dan teriakan “encore!” - mungkin menjadi hal yang diimpikan banyak orang, bahkan bisa menjadi hal yang universal. Bahkan banyak tiger parents yang ambisius menginginkan anaknya menjadi seorang concert pianist yang tenar, walau anaknya sebetulnya tidak mumpuni atau bahkan belum tentu menginginkan hal yang sama. "I would give anything to do what she does," ujar banyak orang dengan penuh rasa iri, setelah menonton sebuah konser piano. Hmm, really? Benarkah menjadi concert pianist adalah suatu hal yang membahagiakan?

"Ketika Roh Beethoven Mengunjungi Jakarta" - Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)

"KETIKA ROH BEETHOVEN MENGUNJUNGI JAKARTA"
Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)
Oleh: Tim Liputan Staccato


Sudah banyak pianis di Indonesia yang memainkan karya Ludwig van Beethoven, baik yang main secara malu-malu, main dalam pagelaran resmi, maupun dalam pagelaran resmi yang dibesar-besarkan. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar “memainkan” Beethoven? Banyak juga pianis hebat kelas dunia yang memainkan karya Beethoven. Segudang pertanyaan dan kritik pun berhamburan. Apakah mereka juga sudah sungguh memainkan Beethoven secara pas? Sudah terlalu banyak pula pianis yang asli Jerman, yang nota bene adalah tanah kelahiran Beethoven, yang bahkan juga mengundang spekulasi pas tidaknya penafsiran mereka akan karya Beethoven. Untuk apa sih kita mempersoalkan MAIN BEETHOVEN secara pas? Kan ini hanya musik, salah tafsir juga tidak bakalan ada yang mati! Ya, benar. Namun jika kita ingin menjadikan Musik Klasik, termasuk karya Beethoven, sebagai komunikasi estetis dalam ranah seni, kita mutlak perlu melakukan pendekatan tafsir yang setidaknya mendekati pas.

Excerpt Video "Achtung! Oliver Kern bringt Beethoven nach Jakarta!"

source: PKJ-TIM

Friday, November 7, 2014

"MUSISI TANPA TELINGA" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, November 2014)

"MUSISI TANPA TELINGA"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato Article, November 2014

“When music fails to agree to the ear,
to soothe the ear and the heart and the senses,
then it has missed the point.”
Maria Callas

THE MUSICAL EAR
Telinga adalah salah satu aset yang paling berharga bagi seorang musisi. Telinga musisi tidak hanya sekedar mendengar kata-kata. Namun mendengar keindahan musik lewat nada, ritmik, pola/motif musikal, dan kualitas tone. Bagaikan merasakan nikmatnya petit fours atau tiramisu, dimana belgian chocolate dan creamy mascarpone nya Anda rasakan – layer demi layer, rasa manis, agak sedikit pahit menyatu dan memanjakan lidah Anda. Bentuknya dan teksturnya yang indah, aroma amaretto, dan aroma kopi espresso nya yang khas. Itu adalah seni menikmati hidangan dalam dunia kuliner – patisserie & dolce. Bukan hanya sekedar memakan dalam satu suapan besar tanpa tedeng aling-aling, seperti makan nasi goreng tek-tek. Begitu pula mendengar musik adalah sebuah seni, yaitu seni dalam mengolah rasa musikal yang saking sublimnya, mampu menusuk sukma. It was never only just playing the notes! Kepekaan dalam mendengar musik dan memahami perbendaharaan kata dalam musik merupakan kemampuan esensial yang menentukan musikalitas seseorang dan bahkan karakter seseorang.

"MEMAKNAI KEMBALI MUSIK YANG BERMUTU" - Liputan Piano Recital [PLAY], Staccato November 2014

"MEMAKNAI KEMBALI 
MUSIK YANG BERMUTU"
Liputan Piano Recital [PLAY], Staccato November 2014
oleh: Tim Liputan Staccato



Resital Piano berjudul [PLAY], berlangsung di Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Jakarta pada 27 September 2014. Konser ini sangat berbeda dari konser pada umumnya. [PLAY] adalah sebuah konser edukasi musik dengan direksi Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu - seorang music educator alumnus Jerman. Konser dihadiri oleh berbagai kalangan dengan rentang usia yang sangat beragam.


Dalam keterangannya, Ibu Jelia Megawati Heru mengungkapkan bahwa secara esensial, konser [PLAY] adalah upaya untuk memaknai kembali musik yang bermutu. Bahwa musik yang bermutu sudah bukan lagi monopoli Musik Klasik yang dalam batas tertentu bisa sangat aristokrat. Musik yang bermutu adalah musik yang memiliki teknik bermusik yang semestinya, aspek musikalitas yang mendidik, dan yang terpenting adalah dekat dan dipahami oleh pemain dan publiknya. Terutama yang berusia anak. Itulah mengapa dalam konser [PLAY] disajikan ensembles perkusi oleh anak-anak, juga anak-anak menampilkan instrumen fak minor selain instrumen utama (mayor) yang dipelajari. Kali ini beberapa penampil bermain flute, seperti Madeline Audrey Wiguna dan Mustafa Ismail Turner.

Thursday, October 30, 2014

"SAJIKAN KEJAYAAN BEETHOVEN" - Lampung Post, 23rd October 2014

"SAJIKAN KEJAYAAN BEETHOVEN" 
Lampung Post, 23rd October 2014, Page 16


Kemampuan Kern dalam memainkan jemari di atas tuts piano mampu membawa para penikmat Musik Klasik untuk merasakan masa kejayaan Beethoven di eranya.

Pianis Musik Klasik dunia asal Jerman, Oliver Kern, akan menggelar konser tunggal di Indonesia. Pada penampilannya Kern akan menyuguhkan karya-karya paling termashur Musik Klasik dunia karya Ludwig van Beethoven.

Kern, pemenang International Beethoven Piano Competition, Vienna 2001, dikenal sebagai musikus dengan latar belakang pendidikan piano kelas wahid. Sebagai profesor, kini ia mengabdikan diri mengajar pada College of Music di Hanyang University, Seoul, Korea dan Musikhochschule fuer Musik und Theater Frankfurt, Jerman.

"MENANTI SANG PIANIS ASAL JERMAN" - Koran Jakarta, 26th October 2014, by: Frans Ekodhanto

"MENANTI SANG PIANIS ASAL JERMAN"
Koran Jakarta, 26th October 2014
by: Frans Ekodhanto

Foto: istimewa

"Saya harapkan dengan kehadiran Oliver Kern di Indonesia bisa mengubah cara pandang anak muda Indonesia terhadap musik klasik. Bukan hanya enak didengar dan menghibur."

Apa yang kali pertama Anda pikirkan atau rasakan ketika bicara dan mendengarkan musik klasik? Kuno, ketinggalan zaman, tidak menghibur alias jenuh? Pikiran Anda itu bisa jadi keliru, namun tak sepenuhnya salah. Untuk membuktikan pandangan itu, ini kali promotor Musik Klasik asal Indonesia yang belajar musik di Jerman, Jongky Goei, mendatangkan “embahnya” Musik Klasik kelas dunia asal Jerman, Prof Oliver Kern.


Thursday, October 23, 2014

"PIANIS JERMAN SAJIKAN BEETHOVEN DI JAKARTA AKHIR PEKAN INI" - RRI News Portal, 21 October 2014

by Budi Prihantoro, 21 October
KBRN, Jakarta: Pemain piano kondang dari Jerman, Oliver Kern, bakal unjuk kepiawaian di Teater Jakarta akhir pekan ini.

Peraih lusinan penghargaan pada kompetisi internasional ini kembali datang ke Indonesia setelah konser di Solo ,Jawa Tengah dua tahun lalu membuat para hadirin terpesona.

Pemain kelahiran Schwäbish Gmünd 44 tahun lalu ini berharap bisa ikut berbagi dan mendapatkan pengayaan ilmu tentang pengenalan jati diri.

"Menurut sudut pandangan saya, kehadiran Oliver Kern ke Jakarta kali ini cocok sekali dengan perkembangan di Indonesia dimana jati diri yang dipentingkan. Pengenalan jati diri inilah yang dalam musik Beethoven sangat penting sekali," ujar promotor, Jongky Goei kepada Radio Republik Indonesia ditemui di kawasan Cikini Jakarta Pusat Selasa siang, 21 Oktober 2014.

Wednesday, October 22, 2014

"PIANIS JERMAN KE JAKARTA" - Kompas, Rabu, 22 Oktober 2014

"PIANIS JERMAN KE JAKARTA" 
Kompas, Rabu, 22 Oktober 2014, hal 12
Pendidikan dan Kebudayaan


Pianis kenamaan asal Jerman, Oliver Kern, akan menggelar konser di Taman Ismail Marzuki, Minggu (26/10). Konser itu merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan Musik Klasik berkualitas kepada masyarakat.

"Indonesia memiliki banyak pemusik klasik, tetapi kualitas mereka belum mencapai standar dunia. Harapannya, penampilan Kern bisa menjadi inspirasi untuk pengajaran musik yang lebih baik," tutur Jongky Goei, dalam acara jumpa pers, di Jakarta, Selasa (21/10).

Goei mengungkapkan, dalam konser berjudul "Achtung! Oliver Kern bringt Beethoven nach Jakarta" (Perhatian! Oliver Kern Memboyong Beethoven ke Jakarta), Kern akan membawakan karya komposer Jerman yang dibesut sebagai salah satu penggubah lagu terbaik sepanjang masa tersebut. Dia akan diiringi oleh paduan suara Gloria dei Cantores dan orkestra Gloriamus Philharmonia dari Jakarta.

Konser piano tersebut merupakan konser kedua Kern di Indonesia. Pada Januari 2012, Kern tampil bersama pemain biola, Iskandar Widjaja, di Surakarta.

Promotor lainnya, Jelia Megawati Heru, mengatakan, dalam konser tahun 2012, penampilan Kern disambut meriah oleh penonton. "Selama ini, Musik Klasik dianggap hanya untuk kalangan tertentu. Namun, kami berusaha membuktikan bahwa musik jenis ini bisa dinikmati oleh masyarakat pada umumnya," tutur Jelia.

Tuesday, October 14, 2014

BEETHOVEN CHORAL FANTASY: "FANTASIA DI ANTARA NYANYIAN & MUSIK" - by: Michael Gunadi Widjaja

"FANTASIA DI ANTARA NYANYIAN DAN MUSIK"
Melintasi Beethoven Choral Fantasy in c minor, Op. 80
by: Michael Gunadi Widjaja


PENGEMBANGAN KREATIF DARI PIANO CONCERTO
Apa sih bagusnya Choral Fantasy nya Beethoven sehingga perlu kita bicarakan? Salah satunya bahwa Choral Fantasy dari Beethoven adalah sebuah pengembangan kreatif dari bentuk konserto. Beethoven berhasil memperluas dan mengembangkan bentuk konserto sehingga bukan hanya solis instrumentalis dan orchestra, melainkan melibatkan juga paduan suara dan solis vocal yang menyanyi.

The Fantasy for Piano, Choir, and Orchestra ini dikarang pada 1808. Sama dengan Beethoven Konserto Piano No. 3, Fantasia ini berada dalam domain C kecil. Pentas perdananya pada Desember 1808. Ada hal yang unik. Fantasia ini dibuat Beethoven karena ia mengingankan ada sesuatu yang menggelegar, yang heboh, yang mengguncang sebagai puncak pagelaran Misa dalam C kecil. Maka dapat dikatakan, Choral Fantasy dikarang dengan agak terburu-buru. Sekitar dua pekan Beethoven menyelesaikan Fantasia ini.


SENI MUSIKALISASI PUISI
Kalau dicermati, Choral Fantasy mempergunakan kekuatan syair sebagai napas dan jiwanya. Dalam hal ini adalah puisi karya Georg Friedrich Treitschke, yang syairnya dipakai Beethoven juga dalam opera karyanya. Dengan kata lain, Choral Fantasy sebetulnya adalah bentuk MUSIKALISASI PUISI. Untuk kultur Asia, musikalisasi puisi adalah ranah kegitan yang sangat lazim. Namun dalam kultur Eropa, musikalisasi puisi haruslah dipandang sebagai seni penuh kehati-hatian (delicate art.)

"KILAS BEETHOVEN PIANO CONCERTO" by: Michael Gunadi Widjaja

"KILAS BEETHOVEN PIANO CONCERTO"
Achtung! Oliver Kern bringt Beethoven nach Jakarta!
by: Michael Gunadi Widjaja


Pianis kelas dunia, Oliver Kern dari Jerman, akan mengadakan konser di Jakarta pada 26 Oktober 2014. Kedatangannya sebagai bentuk kerjasama budaya Indonesia-Jerman. Dipromotori oleh Impressariat Jongky Goei. Musik yang akan dibawakan Oliver Kern adalah “Piano Concerto No. 3 in c minor, Op. 37” dari Ludwig van Beethoven dan juga “Choral Fantasy in c minor, Op. 80,” juga karya Beethoven. Agak perlu untuk menatap sejenak tentang kilas konserto piano, terutama karya Beethoven, agar kita mendapat semburat makna tentang apa yang akan Oliver Kern bawa dan persembahkan kepada kita.

Beethoven Piano Concerto No. 3 in c minor, Op. 37 
(Nikolai Lugansky, pianist)

Tuesday, October 7, 2014

"DUET PIANO" - Seni Bermain Piano Dalam Ranah Ensembel, by: Jelia Megawati Heru (Staccato, October 2014)

"DUET PIANO"
SENI BERMAIN PIANO DALAM RANAH ENSEMBEL
by: Jelia Megawati Heru
STACCATO (October 2014)


“People who make music together cannot be enemies, at least while the music lasts.”
- Paul Hindemith-

SOLO PIANO DAN DUET PIANO
Pianis adalah sosok yang identik dengan image soloist, elite, proud, majestic, independent, smart, high-maintenance, discipline, dan classy. Sayangnya tidak semua pianis memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bermain ensembel. Entah karena belum ada kesempatan atau memang tidak mau bermain dengan pianis lain yang “beda kelas.” Bahkan banyak pianis yang justru takut atau menolak untuk bermain duet. Alasannya pun terbilang cukup klise, “ya… nggak pengen aja” atau “ya… saya cocoknya main solo sih.” Hal ini bisa dimaklumi karena di tangan seorang pianis kelas dunia sekalipun, sebuah permainan DUET alih-alih bisa menjadi sebuah DUEL

Saturday, October 4, 2014

"Piano Masterclass with OLIVER KERN" Saturday, 25th October 2014 - 1 PM

PIANO MASTERCLASS
with
OLIVER KERN


Saturday, 25th October 2014
Start from 1 PM

VENUE
Gedung GKY Music Centre
Jln. Greenville Blok C-3/1-1A
Jakarta Barat – 11510

Google MAP

 

Active Participant – IDR 750.000/30 minutes
Passive Participant – IDR 150.000

LIMITED PARTICIPANTS ONLY!
Only for 10 active participants

Deadline registration (last date entry):
Wednesday, 22nd October 2014

Further Information:
Michael – 0818288006
Email: elisabeth.jmh@gmail.com
www.jeliaedu.blogspot.com


REPERTOIRE:
Prepare any classical solo piano pieces, duration: ca. 5 minutes or less

REQUIREMENTS:
1. Fill in the participant form (for the certificate purpose)
*please download the participant form below and send it to elisabeth.jmh@gmail.com
2. Bring the music scores needed (for active participants only)
3. Have paid the participation fee. The fee is non-refundable.
*via bank transfer to BCA 0931 383 972  Jelia Megawati Heru
4. No video or photos are allowed during the masterclass
5. No food and drinks in the concert hall

Download the participation form
HERE

Wednesday, October 1, 2014

Classical Music Concert: "ACHTUNG! OLIVER KERN bringt Beethoven nach Jakarta", 26th October 2014 @ TIM, Jakarta

CLASSICAL MUSIC CONCERT


ACHTUNG!
OLIVER KERN
 bringt Beethoven nach Jakarta

PROGRAM
LUDWIG VAN BEETHOVEN
Piano Concerto No.3, Op. 37, in C minor
Choral Fantasy Op. 80, in C minor
with Gloriamus Philharmonia, Gloria Del Cantores & Jakarta Festival Chorus

VENUE
Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM)
THE JAKARTA ARTS CENTRE
Jln. Cikini Raya No. 73 – Jakarta Pusat
Sunday, 26thOctober 2014 - 7 PM

TICKET:
Gold – Rp 500.000
Silver – Rp 300.000
Bronze – Rp 100.000

Further Information & Ticket Box:
Michael – 0818288006

Monday, September 15, 2014

THE PIANO TEACHER'S TELEPHONE

"THE TELEPHONE"



Hello — you have reached my automated answering service.
Please listen to all options before making a selection.

# To tell me about why your child has missed their music lesson, press 1

# To make excuses about the lack of practice last week, press 2

# To tell me that the scale book reported stolen, press 3

# To complain that you did not get any information about the concert and rehearsals, which by the way posted to you over recent weeks, press 4

# To request a further change of lesson time, having asked for it to be moved twice this week already, press 5

# To ask me to adopt your child, press 6

Just another day of a piano teacher...
 

Friday, September 5, 2014

"TANTANGAN MENGAJAR MUSIK DI ABAD KE-21" - by: Jelia Megawati Heru, Staccato (September 2014)

"TANTANGAN MENGAJAR MUSIK 
DI ABAD KE-21"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato (September 2014)


WELCOME TO THE 21st CENTURY!
Globalisasi teknologi telah mengubah kehidupan kita dalam dua puluh tahun terakhir, khususnya di bidang komunikasi, konektivitas, dan akses terhadap informasi. Ingin mengetahui jawaban atau informasi tertentu? Tidak perlu capek-capek mencari di buku/ensiklopedia perpustakaan. Just “google” it! Kita juga senantiasa dapat terhubung dengan orang lain di belahan bumi yang lain kapan saja, dimana saja dalam hitungan detik. Tersesat? Nyalakan saja GPS di handphone Anda! Ingin mengetahui kabar teman dan kerabat Anda? Cek saja di media sosial! Ingin menonton video musik dari Berliner Phillharmony? Check it on youtube! Jadi dengan kondisi seperti ini, masihkah kita mengajar musik dengan cara yang sama – metode pengajaran “tradisional” atau OLD SCHOOL seperti dua puluh tahun yang lalu? Masihkah Musik Klasik relevan di zaman ini? Haruskah kita berevolusi dalam mengajar musik?

Wednesday, September 3, 2014

Treble Clef, Music Notes & Piano RAINBOW LOOM DIY

TREBLE CLEF, MUSIC NOTES 
& PIANO RAINBOW LOOM DIY

It seems rainbow loom fever mode is in the air. A lot of my students gave me their masterwork pieces recently, that related to music. Personally, I find it really inspiring. So, I decided to make a post about the tutorial DIY that music related. I mean sometimes they told me, that drawing treble clef is hard for them, but now they're making treble clef out of rainbow loom? Okay, that's something I haven't see everyday ^_^ 


WHAT IS A RAINBOW LOOM?
Rainbow loom is a plastic loom used to weave colorful rubber bands into bracelets and charms. The Rainbow Loom kit includes a pegboard, a rainbow loom hook, 24 special C-shaped clips, and 600 small rubber bands in assorted colors. It was invented in 2011 by Cheong Choon Ng in a Malaysian immigrant of Chinese descent who came to the United States in 1991 to attend Wichita State University, where he earned a graduate degree in mechanical engineering. Targeted at children aged 8 to 14, Rainbow Loom became a popular pastime in summer camps and summer clubs in 2013, according to The New York Times and Today. Even though there's a lot of issue about its safety hazard for the fake and cheap ones. It doesn't make the fans stop to create their creative art. My advice is buy the original one, that safety hazard child-proof and made of non toxic material. Don't forget to wash your hands, every time you want to eat something! That's the standard procedure! 


TREBLE CLEF RAINBOW LOOMS

Friday, August 29, 2014

Margie Segers "The Lady of Jazz"

MARGIE SEGERS


PROFILE OF MARGIE SEGERS

Ask any Jazz musician in Indonesia about the history of Jazz in their country and the name Margie Segers will surely come into the conversation. Widely acknowledged as the songstress who started the Indonesian Jazz trend during the '70s.

Those with an ear for Jazz have compared Segers with Eva Cassidy and Dinah Washington. That being said, Segers is actually in a league of her own. Her original compositions and interpretations of familiar Pop songs or dynamic Jazz tunes has enraptured Jazz lovers across generations.

"SEMUA BISA BILANG"
(Tribute to Jack Lesmana)

Wednesday, August 27, 2014

Chaka Priambudi "Lantun Orchestra" (2014)

CHAKA PRIAMBUDI
"LANTUN ORCHESTRA"


PROFILE OF CHAKA PRIAMBUDI

Chaka Priambudi Wicaksono is a Double Bass player from Jakarta, Indonesia. He studied music at Institute Music Daya Indonesia from 2006-2010, majoring in double bass with Donny Sundjoyo and Piano as a minor instrument with Jelia Megawati Heru.

Currently Chaka is emerging as the current generation of young bassist potential. He began to frequently appear everywhere, supports many musicians and bands. Among others, he appeared with Robert MR, ranging from the guitarist's solo album, Gratitude, in 2012 he also supports group Monica Tahalea & The Nightingales, from the album Songs of Praise in 2013.

Tuesday, August 26, 2014

Julian Abraham Marantika "The Beginning of an End" (2014)

 JULIAN ABRAHAM MARANTIKA
"THE BEGINNING OF AN END"


PROFILE OF JULIAN ABRAHAM MARANTIKA

Julian Abraham Marantika, or Joy started by learning classical piano when he was 14 years old by studied from Getih Indra Sunaryo, but then got his encounter with Jazz when he learned it from Benny Likumahuwa for Music Theory and Saxophone. He then took his number one Jazz Piano lesson from Riza Arshad and Krishna Balagita.

In 2004 he enrolled to the Institut Musik Daya Degree program under Tjut Nyak Deviana Daudsjah, Ivonne Atmojo, Aksan Sjuman, Masako Hamamura, Mark Isaac, and Jelia Megawati Heru. Julian graduated in 2007 holding Bachelor of Music in Performance.

PIANO RECITAL [PLAY] - MEDIA PUBLICATION (2014)

 PIANO RECITAL [PLAY] 
MEDIA PUBLICATION (2014)

http://jeliaedu.blogspot.com/2014/08/piano-recital-play-erasmus-huis-27th.html
 MORE:

Tuesday, August 12, 2014

Piano Recital [PLAY] @ Erasmus Huis, 27th September 2014

[PLAY]
A Piano Recital

"To play a wrong note is insignificant;
To play without passion is inexcusable."
- Ludwig van Beethoven -


Monday, August 11, 2014

"I WILL SURVIVE!": Menyikapi Ujian Musik - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, August 2014)

"I WILL SURVIVE!"
MENYIKAPI UJIAN MUSIK
by: Jelia Megawati Heru
Staccato Article (August 2014)


“Miss, kapan anak saya ikut ujian piano?”
(lho!? padahal belum genap empat kali pertemuan)

Jawaban dari pertanyaan di atas yang jelas, bukan “setiap tahun” atau “setiap bulan September.” Banyak orang yang berpendapat, bahwa ujian musik harus dilakukan setiap tahun, bahkan apabila memungkinkan, orang tua akan memacu anak untuk melewati beberapa level sekaligus. Fenomena ini sangat marak terjadi di Asia, khususnya Indonesia. Banyak orang tua yang menjadi sangat terobsesi dan gelap mata dengan terminologi ujian “internasional.” Mereka berlomba-lomba supaya anaknya mendapatkan nilai terbaik demi meraih rekor kandidat termuda. Musik diperlakukan ibarat kontes kecantikan dan anak mereka diperlakukan bak beruang sirkus. Ide mendorong anak untuk mengikuti ujian dan kompetisi setiap tahun, itu terkadang merupakan penyiksaan dan horor bagi murid dan guru. IMPOSSIBLE? Disini sepertinya kata itu berubah menjadi “I’M POSSIBLE!”

Tuesday, July 8, 2014

"KESALAHAN MEMBACA NOTASI BALOK" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, July 2014)

"KESALAHAN 
MEMBACA NOTASI BALOK"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, July 2014


“What is your superpower?”
“I read music notes!”

Membaca notasi balok bagi sebagian orang, mungkin merupakan salah satu hal yang paling horror dan menjadi momok dalam proses belajar musik. Banyak orang yang menganggap membaca notasi balok merupakan salah satu hal yang paling sulit dilakukan dalam hidup. Mungkin mereka lebih memilih untuk mengerjakan hal yang paling mereka benci daripada membaca not. Ironisnya seseorang akan menjadi “an uncomplete musician” dengan memilih menjadi “buta nada.” Tanpa kemampuan membaca notasi balok, seseorang akan melewatkan kesempatan untuk memahami musik lebih dalam -  entah seberapapun berbakatnya mereka. So if you could read notes, thanks to your music teacher!

Thursday, June 5, 2014

"VIVA LA PIANO" - Piano for Adult, by: Jelia Megawati Heru (Staccato, June 2014)

"VIVA LA PIANO"
PIANO FOR ADULT
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, Juni 2014


“Saya harap dulu saya belajar piano waktu kecil...”
“Duh, nyesel! Tahu begini dulu aku nggak berhenti main piano...”

Seberapa sering kedua kalimat itu terucap dengan nada penuh sesal dan kecewa dari keluarga, kerabat, dan teman-teman kita? Banyak orang yang bermimpi untuk bermain piano dan walau usia mereka tidak “muda” lagi, namun gelora itu tidak pernah akan padam. Hal ini menyisakan pertanyaan: apakah sudah terlambat untuk belajar piano sekarang? Dimana letak kesulitan maupun kelebihan seseorang yang baru saja ingin memulai belajar piano di usia yang “matang”? 

KENAPA PIANO?
Umumnya kebanyakan orang akan bermimpi untuk bermain piano dan bukan instrumen lainnya seperti drums dan gitar. Bahkan banyak orang sangat terobsesi dengan piano. Anehnya, walau mereka tidak bisa bermain piano, mereka hobi mengkoleksi piano. Merk dan harga piano nya pun mahalnya tidak tanggung-tanggung. Mengapa fenomena “oh, how I love piano” ini terjadi?

Saturday, May 31, 2014

IS PIANO EXAM REALLY NECESSARY?

"IS PIANO EXAM REALLY NECESSARY?"
by: Jelia Megawati Heru


PREPARING A PIANO EXAM
Studying music is not all about fun. In order to be the complete musician, a pianist has to pass through the challenging studying process: practicing, concert, and EXAMS. Talking about out of the comfort zone. When I was little, I used to think that the piano exam is like the most 'evil' thing in the world. The idea of repeating and practicing the same pieces for 8 months, just makes me tired and hate music.  

The piano exam is definitely not an absolute parameter of a successful pianist. Even though my student got perfect score for music theory and piano practical, doesn't mean that they love what they're doing. But piano exams are, or could be, a useful tool to compare one's technical level or factual knowledge of piano and music to some objective standard - and thus could be helpful in countries which do not have a long established western musical tradition.

Wednesday, May 7, 2014

"BABY, YOU GOT BACH!" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato Mei 2014)

"BABY, YOU GOT BACH!"
by: Jelia Megawati Heru
Article Staccato, May 2014


Dalam dunia Musik Klasik, nama Johann Sebastian Bach (JS. BACH) terdengar tidak asing lagi. Setiap murid yang mempelajari piano, pasti pernah mendengar namanya dan memainkannya. Sebut saja Minuet in G Major, Invention, Well Tempered Klavier, Toccata in D minor - yang merupakan sebagian kecil dari komposisinya yang revolusioner di sepanjang peradaban manusia. 

Mengapa komposisi JS.Bach masih dimainkan hingga sekarang? Untuk apa sih kita memainkan, mendengarkan, dan mempelajari karya JS. Bach pada abad ke-21? Bukankah akan jauh lebih mudah untuk memahami musik, kalau kita memainkan karya komposer masa kini yang jauh lebih relevan? Bagaimana kita seharusnya memainkan karyanya? Simak artikel berikut ini!

Tuesday, April 8, 2014

"MENGHADAPI MURID YANG TIDAK LATIHAN" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato April 2014)

"MENGHADAPI MURID YANG TIDAK LATIHAN"
by: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato, April 2014


Mungkin mimpi setiap guru musik adalah memiliki murid yang selalu berlatih, mengerjakan PR, dan selalu mendengarkan perkataan gurunya. Namun, pada kenyataannya guru musik akan sedikit merasa lega dan tersenyum simpul, apabila salah satu dari muridnya mempunyai waktu dua hingga tiga kali dalam seminggu untuk berlatih. Pada realitanya, murid yang tidak latihan merupakan salah satu problem yang paling sering dihadapi oleh seorang guru musik dan belajar musik adalah sebuah proses membutuhkan komitmen, latihan rutin (daily practice at home,) jam terbang yang tinggi, disiplin, kerja keras, motivasi, dan inisiatif dari diri sendiri. Latihan di rumah adalah bagian dan konsekuensi dari pembelajaran musik itu sendiri.


PENYEBAB MURID TIDAK LATIHAN 

1. TIDAK ADA KOMITMEN 
Banyak pro dan kontra mengenai adanya komitmen dalam berlatih. Tapi nyatanya sebuah pelajaran instrumen akan menjadi sia-sia tanpa adanya komitmen untuk berlatih. Mempelajari musik instrumen bukanlah seperti membuat mie instan, dibutuhkan kerja keras – terutama di saat-saat latiham musik harus berkompetisi dengan kegiatan sekolah, les, dan liburan.

Wednesday, March 5, 2014

"KESALAHAN UMUM BELAJAR PIANO OLEH PEMULA" - Artikel Staccato Maret 2014, by: Jelia Megawati Heru

"KESALAHAN UMUM BELAJAR PIANO OLEH PEMULA"
Oleh: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato, Maret 2014


Dalam memulai pelajaran piano nya, sebagian besar murid pemula melakukan beberapa kesalahan yang fatal. Alih-alih menemukan jalan pintas untuk belajar lebih cepat, waktu malah terbuang percuma, sehingga mereka kehilangan motivasi belajar dan memutuskan untuk berhenti belajar piano. 

Kesalahan umum ini dapat berupa opini pribadi, anggapan masyarakat pada umumnya, pemikiran, pengalaman mengenai metode pembelajaran, pemilihan guru/materi, dan bagaimana belajar piano sebaiknya dilakukan. Jika Anda sedang dalam proses awal untuk belajar memainkan piano, tidak ada salahnya Anda menyimak artikel ini.  

1. MEMILIH GURU MUSIK YANG AMATIR
Asumsi ini mungkin merupakan salah satu kesalahan yang paling fatal dalam mempelajari piano bagi pemula. Justru mengajar murid pemula dalam piano merupakan hal yang sangat sulit dan membutuhkan lebih dari sekedar ketrampilan dan kesabaran untuk membangun fondasi musikal yang solid. Oleh karena itu dibutuhkan guru sekaligus musisi profesional (artist-level teacher) untuk mengajar murid pemula. Tidak ada yang salah dengan belajar secara otodidak, namun proses belajar akan menjadi lebih efektif dengan adanya tips-tips dan metode belajar dari seorang expert


“Good teachers are costly, but bad teachers cost more!”