Tuesday, April 5, 2016

PENGANTAR PIANO JAZZ: "TIDAK SEKEDAR HITAM PUTIH" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, April 2016)

"TIDAK SEKEDAR HITAM PUTIH"
PENGANTAR PIANO JAZZ
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, April 2016


“Wow mainnya piano nya keren banget, bro!
Chord nya miring-miring gitu, kedengeran Jazzy!”

Banyak opini seputar main piano Jazz. Ada yang bilang susaaah banget seperti Mission Impossible. Sudah belajar piano susah, apalagi ditambah embel-embel Jazz? Hadew, latihan seumur hidup juga nggak bakal cukup deh! Hanya segelintir orang saja yang bisa memainkan piano Jazz dengan tata gramatik dan idiom Musik Jazz sejati. Yaitu pemusik kulit hitam yang terlahir dengan akar budaya Jazz, seperti Art Tatum dan Thelonious Monk. It’s in the blood!

Ada juga yang menggampangkan seolah-olah tidak perlu latihan seperti piano klasik yang super lama plus boring bak obat tidur, tidak perlu baca not balok, tidak perlu teori, cukup pake feeling aja man! Makin ribet dan dissonant chord nya, makin kedengeran kayak Jazz! Benarkah Jazz adalah musik intuitif? Apakah karena bisa memainkan “Autumn Leaves” dan main beberapa chord yang ada 7th nya sudah bisa dibilang Jazz?

 Thelonious Monk

MENGAPA BELAJAR JAZZ?
Sudah tidak lagi zamannya mengkotak-kotakkan musik menjadi Klasik maupun Jazz. Musik itu berakar pada rasa dan rasa itu adalah passion bagi pemusiknya. Dalam esensinya, Jazz dapat dikatakan sebagai musik komunal yang sangat terbuka terhadap dialog dan unsur budaya manapun. Jazz mempunyai satu keistimewaan dibandingkan dengan genre musik yang lain, yaitu dimana pemainnya dapat saling bekerja sama sambil mengolah jati dirinya di saat yang bersamaan. Jazz melatih dan memberikan asupan pada karsa kita. Bagaimana Jazz secara fleksibel dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya tanpa melupakan siapa diri kita dan darimana kita berasal. Musik yang mengedepankan individualitas dan orisinalitas. Belajar Jazz adalah belajar seni kehidupan. Inilah warisan Musik Jazz.

Saat memainkan improvisasi solo nya, musisi Jazz tidak egois, sibuk narsis, dan asyik dengan dirinya sendiri. Jazz mengusung kejujuran dalam bentuknya yang paling hakiki. Dimana permainan solo seseorang harus senantiasa memberikan andil pada keseluruhan komposisi lagu dan menginspirasi pemain lainnya, serta pendengarnya. Adalah tabu dan “haram” hukumnya, apabila seseorang mencontek improvisasi solo dari orang lain (plagiat) dan ngaku-ngaku itu adalah ide orisinilnya. Tidak ada ruang untuk kecurangan dan tipu-tipu! Azas kebebasan berekspresi pada Musik Jazz dimaknai sebagai bebas bertanggung jawab. Sehingga Jazz dengan asupan estetisnya mampu menjawab tantangan belajar musik di zaman ini dan membuat hidup jauh lebih bermakna.

 Thelonious Monk in Rehearsal, New York (1959)

DEFINISI PIANO JAZZ
Piano Jazz adalah sebuah istilah yang mengacu kepada teknik bermain piano dalam ranah Musik Jazz. Disini yang dimaksud dengan piano Jazz bukan hanya membahas instrumen piano saja, namun juga dapat merujuk kepada teknik bermain instrumen keyboard lainnya. Misalnya seperti: organ, hammond, stage piano, synthesizer, dll.

MEMAHAMI MUSIK JAZZ LEWAT PIANO
Jazz adalah musik yang menyuarakan kebebasan berekspresi individu dan berakar dari asimilasi budaya Afrika-Amerika yang berkembang di abad ke-20. Sejak awal perkembangan Musik Jazz, piano Jazz telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari idiom Jazz itu sendiri. Sebagai instrumen yang mengkombinasikan melodi dan harmoni, baik dalam permainan solo maupun format ensemble. Oleh karena itu piano Jazz merupakan instrumen yang wajib dikuasai oleh para musisi Jazz dan kaum akademia untuk mempelajari teori Jazz dan harmoni – terlepas dari apapun instrumen utama mereka (major instrument).

Namun untuk dapat memahami piano Jazz, ada kesenjangan dalam pengertian yang mendalam tentang kultur Musik Jazz dan kecakapan yang sebaiknya dikuasai terlebih dahulu. Supaya Anda lebih leluasa untuk berimprovisasi, a.l.  teknik bermain piano yang baik, dasar teori musik (akor, harmoni, form, modes & voicings), mendengar komposisi Jazz, dan tentunya memahami sejarah dan style Musik Jazz (mulai dari Swing, Be Bop, Blues, Bossa Nova, hingga Fusion). Puluhan guru, ratusan lagu Jazz standard untuk dilatih, solo-licks, transkript, harmoni, improvisasi, untuk sampai ke tingkat mahir.

Memainkan nada yang tepat bukanlah segalanya dalam Jazz. Adalah penting untuk mengembangkan kemampuan berbahasa secara musikal, supaya ide dan pesannya dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu kemampuan berbahasa ini juga akan mengusung konsep, kreativitas, dan ciri khas individual seorang musisi Jazz. Dimana improvisasi bukanlah sekedar latihan jari dan teori saja. Improvisasi adalah cara berkomunikasi kepada pendengarnya melalui nada. Inilah aspek sosial dari Musik Jazz.

“It doesn’t mean a thing, if it ain’t got that SWING!”
- Duke Ellington -

Duke Ellington on the piano

SWING & IMPROVISASI: JIWA MUSIK JAZZ
Bicara tentang Jazz rasanya belum lengkap kalau belum membahas jiwa dan esensi dari Jazz itu sendiri. Dari sekian banyak periode dalam napak tilas Jazz, yang paling menginspirasi adalah era Swing. Swing adalah nafas Musik Jazz. Sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari kesejatian Musik Jazz. Sebuah pijakan yang menjadi awal perkembangan Jazz selanjutnya. Swing adalah Jazz. Apa itu Swing? Swing secara harafiah diterjemahkan menjadi kata “mengayun”. Namun istilah “Swing” sendiri sulit dedifinisikan secara baku menurut konteks Musik Jazz. Apanya yang diayun? Nada nya, tempo nya, artikulasi, aksen, atau pola triplet nya?


Swing seringkali digambarkan sebagai sebuah konsep bermain Musik Jazz, berupa suatu “FEEL” atau pola irama GROOVE yang ditandai oleh off-beat dan syncopated eight notes. Biasanya dapat dikenali pada irama bass maupun drums. Groove juga dapat ditemui pada Musik Funk, Soul, R’nB, dan Hip Hop. Groove juga dapat menciptakan tension/intensitas. Karakter pola irama groove yang mengayun berulang dan khas mampu membuat pendengarnya ingin menari. Tentunya Swing lebih kompleks dari hanya sekedar irama dengan sinkopasi. Beberapa opini mengatakan bahwa swing adalah hal yang sangat subjektif – bukan sekedar hitam putih seperti tuts piano. Apa yang tertulis pada partitur belum tentu sama dengan nada yang dimainkan.


Semakin Swing dijelaskan secara teoretis, orang malah semakin bingung dan tidak mengerti. Lucunya tanpa pernah tahu makna kata Swing pun, orang tetap bisa ber-Jazz dengan baik. Apa rahasianya? Dengan bernyanyi, melalui pengalaman musikal, mendengarkan, dan bukan sekedar mendengar saja! Disinilah letak keunikan dan misteri dari Jazz. Dalam piano Jazz, Swing muncul dalam bentuk Ragtime dengan Scott Joplin sebagai pelopornya.

Scott Joplin "The Entertainer" (Ragtime)

IMPROVISASI
Improvisasi adalah usaha untuk mengembangkan tema musik dengan berbagai cara, a.l. mempercantik melodi, harmoninya diperkaya, motifnya divariasi, bahkan nuansanya bisa diubah. Sebetulnya improvisasi bukan hanya milik Jazz saja, namun juga milik Musik Klasik. Johann Sebastian Bach adalah master improvisasi terhebat sepanjang masa. Jadi apa yang membedakan improvisasi Jazz? Yang membedakan adalah SPONTANITAS nya, dimana improvisasi dilakukan secara real time – seketika dan saat itu juga. Improvisasi dalam piano Jazz nantinya bukan hanya bermain solo saja. Namun juga memungkinkan piano Jazz berimprovisasi dalam sebuah ensemble, yang disebut dengan istilah “COMPING”.  Kemampuan untuk berimprovisasi ini akan disempurnakan setelah melalui pengalaman panjang. Yang melibatkan totalitas, jam terbang yang tinggi dalam berlatih dan telinga dalam mendengar.

Oscar Peterson

JAZZ LITERER: JAZZ YANG KLASIK
Dalam budaya literer, Musik Klasik digarap secara terkonsep, mempunyai alur dan form yang jelas. Jazz juga mempunyai konsep, namun tidak sepanjang dan sekompleks Musik Klasik. Sinfoni dalam Musik Klasik bisa berpuluh-puluh lembar dan mempunyai banyak tema. Tentunya tema dalam Jazz tidak memungkinkan dibuat sangat panjang, karena akan menyulitkan pemain dalam berimprovisasi.

Namun sedikit tentunya bukan berarti mudah atau tidak classy. Jazz bisa menjadi sangat representatif dengan big band nya yang beranggotakan lebih dari 40 orang yang memainkan notasi tertulis, misalnya: Glenn Miller dan Duke Ellington Big Band Orchestra. Oscar Peterson, Christopher Norton, dan Mike Cornick juga membuat solo piano Jazz secara tertulis untuk tujuan edukasional. Bahkan Daniel Barenboim juga memainkan karya piano Jazz literer. Banyak pro dan kontra seputar Jazz literer, karena improvisasinya sudah ditulis sebelumnya oleh komposernya. Namun adalah lebih baik memainkan Jazz literer sejauh rasa Jazz nya tetap terjaga, daripada memainkan improvisasi yang terkesan Jazzy tapi ternyata terdengar seperti lagu cengeng murahan.

Glenn Miller Big Band Orchestra

Walau piano Jazz menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi para pelaku pendidikan musik di tanah air. Banyak perkembangan dan terobosan dalam bidang pendidikan Musik Jazz yang membuat piano Jazz layak untuk dipelajari dan dikembangkan selayaknya piano klasik. Mulai dari segi materi pembelajaran, metode, dan juga performance. Tujuannya adalah untuk membuka wawasan publik tentang persepsi Musik Jazz yang dapat merevitalisasi Musik Tradisional di tanah air. Juga ikut ambil bagian untuk dapat ikut lantang berbicara dalam peta musik dunia.  

GLENN MILLER "IN THE MOOD"