Thursday, November 5, 2015

"KETIKA TIGER PARENTS MENGAUM" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, November 2015)

"KETIKA TIGER PARENTS MENGAUM"
by: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato, November 2015

illustration by: Yukoart

“Kenapa anak saya tidak bisa memainkan lagu X 
dan menjadi juara kompetisi piano seperti si A?
Kalau si A bisa, anak saya juga harus bisa!”

“Dasar, orang tua murid zaman sekarang memang ‘nggak boleh dikasih hati!,”
ujar salah satu guru piano.

Dunia pendidikan musik dipenuhi dengan hal yang kontroversial. Lupakan bahwa belajar musik itu menyenangkan, mendidik, bagus bagi perkembangan karakter sang anak, dsb! Belajar musik bisa menjadi neraka bagi anak-anak Asia yang mempunyai tiger parents.

Istilah tiger mom pertama kali muncul dari Amy Chua, penulis buku yang kontroversial “Battle Hymn of the Tiger Mother”. Buku ini menceritakan pengalaman Amy Chua dalam mengasuh kedua anaknya, yaitu Sophia dan Louisa ("Lulu"). Termasuk bagaimana cara Amy mendidik anaknya dalam berlatih piano dan biola secara “kejam”.

Bagi seorang Amy Chua, Musik Klasik adalah musik yang membutuhkan kerja keras, sangat kompetitif, dan mempunyai standard yang sangat tinggi. “If you’re not the best, you’re a loser. In classical music, winning isn’t everything. It’s the only thing.” Untuk itu orang tua rela melakukan apapun, termasuk mengancam tidak memberi makan malam, membuang boneka kesayangan anaknya, memaki-maki, bahkan menjurus kepada kekerasan fisik. 


DEFINISI TIGER PARENTS
Tiger parents adalah orang tua yang dikenal mempunyai pola mengasuh anak yang sangat disiplin (strict) dan otoriter. Umumnya tiger parents dikenal sangat perfeksionis, super kritis, kompetitif, berorientasi pada hasil (result-oriented,) suka memaksakan kehendak, mempunyai ekspektasi dan standard yang sangat tinggi dalam segi akademis (over-achievement,) dan demi mencapai tujuannya tsb mereka dapat menghalalkan semua cara – bahkan mengarah ke tindak kekerasan, baik secara verbal maupun non-verbal, atau bahkan tidak manusiawi (unhuman). Pola mengasuh semacam ini umum terjadi di keluarga Asia.

illustration by: Yuta Onoda

EFEK NEGATIF TIGER PARENTS TERHADAP ANAK
Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2013 terhadap 300 keluarga keturunan Asia-Amerika, menyatakan bahwa metode pengasuhan “tiger mom” menyebabkan anomali mental yang merusak. Hal ini menjadi alasan remaja keturunan Asia-Amerika dengan rentang usia 10-17 tahun mengalami tingkat depresi yang tinggi dan merupakan penyebab wanita keturunan Asia-Amerika berumur 15-24 tahun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

 
source: info-graphic "Year of  the Tiger Mom"

Beberapa efek negatif dari metode pengasuhan "tiger parent":

1. Hubungan orang tua dan anak tidak baik
Anak menjadi ketakutan (punishment-reward,) tidak percaya dengan orang lain, atau bahkan bisa membenci orang tua nya sendiri.
2. Anak stress dan tertekan karena selalu dibandingkan dengan orang lain
3. Anak merasa tidak dicintai dan dihargai, ketika hasil usaha mereka tidak baik (result-oriented) menurut standard orang tua
4. Anak tidak menghargai proses dan secara tidak langsung diajarkan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
5. Anak labil secara psikis-emosional atau bahkan mengalami trauma dan penyimpangan perilaku
6. Anak sulit bergaul, umumnya introvert, dan kehilangan masa kecilnya
7. Anak tidak mempunyai opini pribadi, bahkan dilarang untuk berkomentar maupun protes.
8. Anak takut melakukan kesalahan, takut gagal dan mengecewakan orang tua
9. Anak sulit mandiri, ketergantungan dengan orang tua, diprogram untuk mengikuti perintah orang tua seperti robot (stereotype)
10. Mematikan kreativitas anak.
Dalam belajar musik, anak menjadi tidak menikmati musik, benci musik, bahkan ingin berhenti. (anti-klimaks)

illustration by: www.mlive.com

TIPS MENGHADAPI TIGER PARENTS
Perlu diketahui, tips dibawah ini perlu disikapi dengan bijaksana. Tidak semua poin dapat diaplikasikan tanpa melihat sikon. Selalu perhatikan dengan siapa Anda berhadapan. Karena Anda berhadapan dengan manusia yang mempunyai karakter yang berbeda-beda dan kompleks. Tindakan benar atau salah sangatlah subyektif dan relatif. Tugas guru bukanlah untuk menilai dan mengkritik orang tua dalam mendidik anak.


1. TETAP OBJEKTIF & PROFESIONAL
Jelaskan aturan main yang berlaku (policy) dalam sebuah institusi/sekolah musik sebelum memulai kelas. Pastikan orang tua memahami aturan ini dan menyetujui hal ini. Misalnya: orang tua tidak diperkenankan memasuki ruang kelas. Apabila orang tua ingin memasuki ruang kelas, orang tua hanya diperbolehkan untuk mengobservasi, tidak diperkenankan untuk berbicara, berkomentar, atau bahkan memarahi anak selama pelajaran berlangsung. Utarakan pendapat Anda sebagai guru secara objektif disertai penjelasan yang logis. Misalnya: intervensi selama pelajaran berlangsung tidak diperbolehkan, karena akan mengganggu konsentrasi anak dalam proses belajar.

2. KOMUNIKASI EMPAT MATA & FOKUS KE PELAJARAN MUSIK ANAK
Jalinlah komunikasi yang baik dengan orang tua murid. Luangkanlah waktu setelah kelas usai untuk mendiskusikan perkembangan anak secara empat mata tanpa kehadiran sang anak. Setelah diskusi selesai, barulah anak dipersilahkan masuk untuk menerima arahan dari guru. Fokuskan pembicaraan pada pelajaran musik anak. Jangan membicarakan hal yang sifatnya pribadi dan “menggurui” orang tua tentang cara mendidik anak. Yang menjadi fokus disini adalah kemajuan pendidikan musik anak. Informasikanlah kemajuan (kekurangan dan kelebihan) anak, tujuan jangka pendek-panjang, problem berlatih, dan bagaimana berlatih lebih efektif.  

 illustration by: Barry Blitt

3. EKSTRA S-A-B-A-R & CARI SOLUSI TERBAIK
Mudah dikatakan, namun sangat sulit dilakukan. Ketika berhadapan dengan tiger parent, please keep your cool! Setiap pekerjaan mempunyai risiko nya sendiri, tidak ada pekerjaan yang mudah. Apabila banyak komplain, request, dan hyper-critical, sikapi dengan bijaksana. Jangan berpikir dengan emosi dan diambil hati. This is not personal. Just do your best as a teacher. Apabila hal tsb tidak cukup baik untuk mereka, bicarakan dengan kepala sekolah musik ybs untuk mencari solusinya. Misalnya: apabila orang tua ingin anaknya lebih maju, mungkin bisa direkomendasikan guru yang lebih advanced atau les 2x seminggu. 

4. MEET YOUR NEW PARTNER!
Jadikan tiger parent sebagai rekan sekerja Anda! Mungkin terkesan aneh, bagaimana orang yang paling menyebalkan sedunia bisa Anda jadikan rekan Anda? Tapi dengan melibatkan orang tua untuk berperan serta aktif terkadang bisa menjadi solusi yang baik. Suka atau tidak, faktanya kemajuan anak didukung dari peran serta orang tua nya – terutama dalam berlatih di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah, membayar uang kursus, dan memutuskan untuk mengikuti ujian/konser.

 illustration by: China Daily

5. DRAW THE LINE & DARE TO SAY "NO!"
Orang tua membayar untuk mengikuti kursus (betul), murid juga adalah anak milik orang tua ybs (betul lagi!). Namun hal ini tidak memberikan orang tua hak untuk berlaku semena-mena terhadap guru maupun anak dengan segudang permintaan. Jangan biarkan orang tua membuat Anda merasa kecil, mempertanyakan diri Anda sendiri, menekan atau bahkan menghina Anda, dll. Ketika Anda berada dalam situasi demikian, maka proses belajar mengajar sudah tidak optimal lagi dan menjadi negatif bagi semua pihak.

Pada titik ini, sudah sewajarnya Anda memberikan batasan yang jelas dan berani untuk berkata "TIDAK". Berkata "TIDAK" atas perlakuan orang tua yang kasar terhadap Anda, berkata "TIDAK" atas permintaan yang tidak masuk akal, berkata "TIDAK" atas tindak kekerasan (dalam bentuk apapun: verbal maupun non-verbal) terhadap anaknya sendiri. Di dalam kelas otoritas dan tanggung jawab berada di tangan GURU, bukan orang tua. Dalam ruang publik, ada ketentuan dan aturan main yang berlaku.

Perlu digarisbawahi, berhubung mengatakan “TIDAK” mempunyai implikasi sosial yang besar, oleh karena itu Anda perlu ekstra hati-hati dan taktis dalam menyampaikan hal tsb. Istilahnya “bermain cantik”. Kalau mereka tetap bersikeras melakukan semuanya dengan cara mereka sendiri, simpan saja tenaga Anda. Tidak perlu berdebat kusir. Pick your battle.

 illustration by: Legacy of the Tiger Mother

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan orang tua dalam “mendorong” anak dalam berlatih musik. Jangan membandingkan anak Anda dengan orang lain. Anak bukanlah pajangan, beruang sirkus, maupun objek pelampiasan ketidaksuksesan orang tua. Tanyakan kepada diri Anda sendiri: ketika anak Anda tidak sejenius Mozart, apakah mereka tidak menjadi anak Anda lagi? Apakah lebih penting mendidik anak menjadi sukses (versi orang tua) atau menjadi seorang manusia sejatinya dengan segala kelebihan/kekurangannya? Kalau jawaban Anda adalah "YA", bersiaplah untuk menempuh risiko terburuk. Apabila cinta orang tua terhadap anak tidak lagi tulus (conditional love,) mungkin sudah saatnya diberlakukan surat kontrak bisnis dengan masa berlaku seumur hidup.