Monday, September 5, 2016

ETIKA & TIPS MEDIA SOSIAL BAGI MUSISI - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, September 2016)

ETIKA & TIPS
MEDIA SOSIAL BAGI MUSISI
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, September 2016

“Bangun tidur, kuterus FB”
#banguntidur #eksis
(disertai foto masih pakai kaos singlet plus celana pendek).


Pagi-pagi bangun tidur orang tidak lagi baca koran sambil menyeruput kopi, tapi langsung mengecek ponsel nya, browsing, chatting via whatsapp, atau langsung update status pakai tagar (baca: tanda pagar). Tidak asing dengan fenomena diatas? Fenomena ini tidak hanya melanda di kota-kota besar saja, lho! 

Social media atau media sosial (medsos) sudah menjadi sebuah gaya hidup, kebutuhan, dan sekaligus ‘penyakit’. Terkadang orang lupa, bahwa medsos itu melekat bagai tatto dan lupa bahwa medsos adalah tempat publik dalam dunia maya. Dalam ruang publik, ada beberapa aturan main yang sebaiknya dipahami. Pada artikel kali ini akan dibahas peran medsos bagi musisi dan etika dasar dalam menggunakan medsos (Do’s & Don’ts).



DILEMA DAN KONTROVERSI MEDIA SOSIAL
Media sosial bisa menjadi sebuah DILEMA dan KONTROVERSI. Dilema karena kita ternyata berpotensi menjadi seorang addict, tidak bisa hidup tanpa medsos barang semenit pun. Walau privasi kita terganggu karena bunyi notifikasi comment dan like yang bertubi-tubi dari aplikasi facebook pada smartphone, narsis nggak ketulungan, pekerjaan jadi tertunda, hingga stress sulit tidur.

Kontroversial karena medsos bisa menjadi sangat menyenangkan dan memudahkan banyak hal – sumber informasi, berkorespondensi dengan klien, kolega, “mengintip” kehidupan orang lain, serta hanya perlu satu klik untuk membeli dan mentransfer. Dan semua dilakukan dengan bermodalkan satu smartphone saja dari rumah. Mirisnya media sosial juga bisa menjadi media No. 1 penebar teror, penipuan, gosip, dan cibiran komen cyber bully yang menyebar bak virus dalam hitungan detik. Anda tidak pernah tahu kejahatan macam apa yang sudah mengintai.


SEBELUM ADA MEDSOS…
Sebelum medsos marak seperti sekarang, seseorang seniman dan musisi harus mempunyai portfolio (biografi, proposal, DVD) dalam bentuk hardcopy dan melakukan semuanya secara manual. Musisi juga harus mengadakan temu-janji sambil minum kopi dan berbincang-bincang secara pribadi dengan calon klien. Menulis musik juga membutuhkan waktu yang lama, karena ditulis secara manual dalam kertas partitur.

Sekarang? Apabila Anda membutuhkan seorang musisi untuk suatu event, Anda cukup melihat profil pada website pribadi nya – yang berisi biografinya, jadwal konser, diskografi, media seperti foto, dan video klip. Lalu tinggal melakukan kontak lewat website atau email. 

Selain website, musisi sebaiknya memiliki akun serta laman professional (official) yang terpisah dari akun pribadinya. Bagi seorang musisi, medsos bisa menjadi alat yang ampuh untuk terhubung dengan orang lain secara profesional, berkolaborasi, promosi diri, mengetahui selera publik, peluncuran album, dan iklan konser/event lainnya. Mayoritas musisi di abad ke-21 merasa penting untuk eksis di medsos. Namun pada kenyataannya penggunaan medsos tidak selalu efektif dalam profesi yang digeluti.


TEMAN ATAU MUSUH?
Medsos menawarkan cara yang cepat dan mudah untuk membangun pencitraan profil seseorang, memungkinkan orang lain untuk menemukan Anda dan musik Anda, serta membangun koneksi secara internasional – dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun – entah itu promotor, agen, media, wartawan, penonton, stasiun radio, perusahaan rekaman di website, maupun berkomunikasi dengan fans dari belahan dunia yang lain.

Di satu sisi, medsos dapat membuka pandangan publik mengenai dunia Musik Klasik dan mengembangkan basis penggemar yang lebih luas. Namun di sisi yang lain, medsos bisa menjadi musuh kita. Jangan lupa pada era digital siapapun sekarang bisa mengunduh foto pribadi kita ke akun FB mereka dalam hitungan detik. Belum lagi para hacker yang selalu mengintai dan dapat melakukan apa saja terhadap akun pribadi kita demi keuntungan semata. Seketika itu citra dan nama baik kita bisa hancur. Dan sulitnya cyber crime dalam dunia maya, adalah kita mungkin tidak pernah tahu siapa yang melakukannya, karena sang pelaku anonim. Bisa jadi itu bukan nama asli pemilik akun jejaring sosial, fotonya palsu, alamat emailnya pun fiktif. Social media could make you or break you.


ETIKA DAN TIPS DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BAGI MUSISI

1. JADILAH DIRI ANDA SENDIRI
Bagi seorang musisi, hasil karya dan citra yang baik merupakan brand dalam profesi nya. Oleh karena itu penting bagi seorang musisi untuk tampil secara orisinil dan “normal”. Kemukankanlah hal-hal yang positif, bermanfaat, dan inspiratif. Tidak ada yang suka dengan tukang pamer, provokator, pembual, narsis, besar kepala, sombong, dan egois. Jangan memposting secara bertubi-tubi dan menggunakan terlalu banyak tagar (tanda pagar). Milikilah follower yang loyal, ketimbang “membeli” atau mencuri follower orang lain.

CONTOH WEBSITE DARI ANDERSON & ROE PIANO DUO

2. KEEP IT PROFESSIONAL
Kesalahan umum yang dilakukan oleh banyak musisi adalah mencampur-adukkan kehidupan pribadi dan profesional! Bedakanlah yang mana akun pribadi dan profesional Anda! Jangan memposting hal-hal yang sifatnya terlalu pribadi dan tidak ada hubungannya dengan profesi Anda pada akun profesional Anda! 

Misalnya: pakai baju renang atau memamerkan otot tanpa baju pada akun profesional. Lain ceritanya kalau profesi Anda adalah foto model. Kalau bukan foto model, hal ini sangat tidak pantas. Apalagi kalau profesi Anda adalah guru musik. Tentunya orang tua murid akan lebih mempercayakan anaknya pada guru musik yang kompeten di bidangnya dan perduli dengan anak didiknya, ketimbang dengan guru yang sibuk narsis di medsos.

Jadikan sosial media sebagai teman dan relevan untuk menawarkan sebuah snapshot dari kehidupan profesional Anda. Sehingga audiens menjadi tertarik untuk mendengarkan musik Anda dan dapat membuka peluang bagi calon klien atau berkolaborasi dengan musisi lainnya di masa yang akan datang. Misalnya: jadwal konser yang akan datang, teaser peluncuran album baru, dan berbagi link video terbaru.


3. BIJAKLAH DALAM BERTUTUR KATA & WASPADA
Gunakanlah media sosial dengan bijak! Berhati-hatilah dengan berbagi informasi tentang diri Anda. Sesuaikan pengaturan privasi pada bagian setting, agar tidak semua orang yang tidak dikenal dapat melihat semua aktivitas dan postingan Anda. Selalu ubah password secara rutin dan jangan pernah berikan data pribadi kepada orang yang tidak dikenal. Selalu cek akun yang ingin menjadi follower atau teman Anda


Di era demokrasi setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat. Setuju! Namun hak berpendapat kita juga dibatasi oleh hak berpendapat orang lain. Dengan kata lain: ya mbok, pake kira-kira kalau komen. Yang sopan dong… Jangan mengkritik rekan sekerja atau membicarakan orang lain (baca: gosip) dengan menyebutkan nama asli atau curhat tentang masalah kehidupan pribadi via medsos! Hindari komen negatif yang terkait dengan SARA, pencemaran nama baik, fitnah, kesusilaan, penyimpangan seksual, narkoba, dan perjudian!

Berterima kasihlah kepada follower Anda, apabila mereka mengatakan hal-hal yang baik tentang Anda. Namun jangan sampai Anda menggunakan kata-kata bernuansa makian/sarkasme ala kebun binatang, apabila ada komen yang menyebalkan tentang Anda. Jangan terprovokasi, atur privasi Anda, hapus komen yang mengganggu, dan block akun tsb. End of story. Don’t take it personal and move on! Hindari penggunaan kata dengan semua huruf besar dan tanda seru, karena akan memberikan efek “berteriak” dan marah.


4. MANFAATKAN FITUR MEDSOS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
Medsos adalah alat yang sangat kuat bagi orang yang dapat menggunakannya secara cerdas dan terampil. Perhatikan fitur-fitur yang ada pada setiap aplikasi dan gunakanlah secara optimal sesuai dengan kebutuhan. Misalnya: YouTube bisa menjadi sangat bermanfaat dalam menyebarluaskan video klip Anda dan sarana promosi. Tetapi hanya jika kualitas rekaman baik. Kalau gambar buram seperti gempa bumi dan audio nya sember fals, bagaimana bisa mendapatkan klien? Tapi ya kalau nyanyi nya fals, juga jangan dibilang video nya yang jelek ya!



Bagi Anda yang tidak mempunyai waktu dan komitmen yang banyak dalam menulis artikel secara konsisten dalam sebuah blog, maka website adalah alternatif yang jauh lebih baik. Memungkinkan orang lain melihat portfolio profil dan karya Anda. Website dan blog ibarat publisitas dan PR bagi diri sendiri berbasis medsos, tanpa bergantung kepada perusahaan rekaman atau promotor. Apabila dilakukan dengan tepat dan bijaksana, maka bukan mustahil medsos dapat menjadi rekan sekerja dan kunci sukses karir Anda. Good luck!