Saturday, December 5, 2015

RAISING MUSIC PRODIGY - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, December 2015)

"RAISING MUSIC PRODIGY"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, December 2015


PRODIGY ATAU BERBAKAT?
Terminologi “prodigy” sebetulnya sangat subjektif dan sering disalahartikan. Pasalnya terkadang orang tua suka menilai bakat anaknya secara “lebay”, latah terlalu cepat mengatakan bahwa anaknya adalah seorang prodigy. Kemungkinan besar anak tsb memang BERBAKAT (talented), namun anak tsb bukanlah seorang prodigy. Biasanya seorang prodigy berumur sangat muda dan bukan hanya saja berbakat, namun bakatnya melebihi batas kewajaran lazimnya manusia dalam suatu bidang (special case) – alias super jenius.

PRODIGY: TO BE OR NOT TO BE
Prodigy bukanlah murni produk dari good parenting, kerja keras, disiplin, dan kondisi sosial pada suatu masa. Namun merupakan hadiah (gift) dari Sang Ilahi. Dari sekian banyak anak berbakat, mungkin hanya ada satu prodigy di dalam satu zaman. Ibarat banyaknya bintang di langit yang bersinar, namun hanya ada satu komet yang sangat spesial, yang melintas belum tentu sekali dalam 100 tahun. Lain dengan artist karbitan yang sifatnya instan dan sarat dengan pernak-pernik. Walaupun anak dilatih secara profesional dan “militer” dalam lingkungan yang musikal sejak dini. Tanpa adanya bakat, faktor genetik, keterampilan motorik, dan tingkat inteligensia yang tinggi (IQ & EQ); anak tetap saja tidak akan bisa menjadi seorang prodigy.

Thursday, November 5, 2015

"KETIKA TIGER PARENTS MENGAUM" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, November 2015)

"KETIKA TIGER PARENTS MENGAUM"
by: Jelia Megawati Heru
Artikel Staccato, November 2015

illustration by: Yukoart

“Kenapa anak saya tidak bisa memainkan lagu X 
dan menjadi juara kompetisi piano seperti si A?
Kalau si A bisa, anak saya juga harus bisa!”

“Dasar, orang tua murid zaman sekarang memang ‘nggak boleh dikasih hati!,”
ujar salah satu guru piano.

Dunia pendidikan musik dipenuhi dengan hal yang kontroversial. Lupakan bahwa belajar musik itu menyenangkan, mendidik, bagus bagi perkembangan karakter sang anak, dsb! Belajar musik bisa menjadi neraka bagi anak-anak Asia yang mempunyai tiger parents.

Istilah tiger mom pertama kali muncul dari Amy Chua, penulis buku yang kontroversial “Battle Hymn of the Tiger Mother”. Buku ini menceritakan pengalaman Amy Chua dalam mengasuh kedua anaknya, yaitu Sophia dan Louisa ("Lulu"). Termasuk bagaimana cara Amy mendidik anaknya dalam berlatih piano dan biola secara “kejam”.

Bagi seorang Amy Chua, Musik Klasik adalah musik yang membutuhkan kerja keras, sangat kompetitif, dan mempunyai standard yang sangat tinggi. “If you’re not the best, you’re a loser. In classical music, winning isn’t everything. It’s the only thing.” Untuk itu orang tua rela melakukan apapun, termasuk mengancam tidak memberi makan malam, membuang boneka kesayangan anaknya, memaki-maki, bahkan menjurus kepada kekerasan fisik. 

Saturday, October 10, 2015

CONCERT CANCELLATION "BUT FIRST, PIANO TIME!"; Sunday, 29th November 2015

CONCERT CANCELLATION
"BUT FIRST, PIANO TIME!"

Dear Sir/Madame,

Allow me to convey important matters in connection with
"BUT FIRST, PIANO TIME!" concert. 
As planned before, the concert will take place on Sunday, 29th November 2015 
at the Jakarta Arts Building.

Yesterday afternoon, in connection with the transitional status of the Jakarta Arts Building stewardship of the Jakarta Arts Center to the Department of Youth and Sports of Jakarta, 
there has been mess schedule of event. 
Because of that the concert had to be cancelled.

With this post, allow me and the entire committee, 
to apologize for this inconvenience.
Thank you.

Best Regards,


Jelia's Piano Studio

FURTHER INFORMATION
 Michael 0818 288 006

Wednesday, October 7, 2015

"BELAJAR PIANO OTODIDAK" (Part II) - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, October 2015)

"BELAJAR PIANO OTODIDAK" 
(Part II)
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, October 2015


Pada abad ke-21, mempelajari piano sudah merupakan kebutuhan bagi banyak orang. Berbagai cara ditempuh untuk mempelajari instrumen ini, salah satunya adalah otodidak. Pengantar seputar belajar piano otodidak bagian pertama bisa dibaca pada Staccato, edisi September 2015. Artikel kali ini masih membahas seputar belajar piano otodidak – tips dan kesalahan umum apa yang sering dilakukan dalam mempelajari piano secara otodidak. Pembahasan mengenai belajar piano otodidak ini tidak hanya berguna bagi pianis amatir saja, namun juga berguna bagi guru piano yang mempunyai murid yang sebelumnya mempelajari piano secara otodidak.

KESALAHAN UMUM DALAM MEMPELAJARI PIANO SECARA OTODIDAK
Mempelajari piano secara otodidak mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah menghilangkan KETERBATASAN. Tidak ada limit umur, waktu, dan tempat dalam belajar piano. Apapun kondisinya, dimanapun, kapanpun Anda berada, siapapun Anda, bisa belajar piano. Bagaimanapun caranya – lewat buku, audio, online-source, maupun video tutorial. You’re your own teacher. Namun mempelajari piano secara otodidak juga mempunyai kelemahannya yang terbilang  cukup fatal, yaitu apabila Anda melakukan kesalahan yang tidak Anda ketahui – karena hal tsb tidak tertulis dalam buku dan tidak ada tutor yang memperbaiki kesalahan tsb. Kesalahan-kesalahan itu akan menjadi KEBIASAAN BURUK (bad habit) yang sifatnya PERMANEN. Efeknya dari kebiasaan buruk ini pun bermacam-macam, mulai rasa nyeri hingga tidak mengalami kemajuan.     

Tuesday, September 8, 2015

"KEBISUAN METROPOLIS" - Reportase Pembukaan German Season 2015, by: Michael Gunadi Widjaja

"KEBISUAN METROPOLIS"
Reportase Pembukaan German Season 2015
by: Michael Gunadi Widjaja

foto: dokumentasi pribadi

OPENING OF GERMAN SEASON
Deutsche Saison – GermanSeason – Festival Jerman, telah dibuka pada 5 September 2015. Resepsi dan program perdana Festival Jerman mengambil tempat di TEATER JAKARTA, TAMAN ISMAIL MARZUKI – Cikini, Jakarta. Festival Jerman diselenggarakan September – Desember 2015. Festival ini mengambil tema “DEUTSCHLAND – INDONESIEN: GEMEINSAM RICHTUNG ZUKUNFT” atau kira-kira padanannya: “Jerman dan Indonesia: bersama menuju masa depan”. Penggagas Festival adalah Kantor Kementrian Luar Negeri Jerman, diselenggarakan oleh Goethe Institut dan didukung seabrek sponsor terutama yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri German atau EKONID.

Sunday, September 6, 2015

"BELAJAR PIANO OTODIDAK" (Part I) - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, September 2015)

"BELAJAR PIANO OTODIDAK"
(Part I)
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, September 2015


DEFINISI BELAJAR OTODIDAK
AUTODIDACT atau OTODIDAK (self-taught) adalah suatu kegiatan belajar/memperoleh pengetahuan atau kemampuan lewat usaha sendiri tanpa mengenyam pendidikan secara formal dan tanpa guru, misalnya: melalui buku. Umumnya keinginan/motivasi belajar ini berasal dari diri sendiri (internal).


MENGAPA BELAJAR PIANO SECARA OTODIDAK?

1. Keterbatasan dana
Banyak hal yang menyebabkan orang belajar piano secara otodidak. Mayoritas memilih untuk belajar otodidak, karena keterbatasan dana. Faktanya mempelajari piano tidaklah murah. Piano yang sering dijuluki sebagai “the king of instrument” merupakan instrumen kedua yang paling sering dimainkan, setelah gitar. Harganya pun tergolong mahal, oleh karena itu hanya segelintir orang saja yang mampu memiliki grand piano dan mengenyam pendidikan musik dengan guru piano profesional yang benar-benar mumpuni dan berkualitas.

Tuesday, September 1, 2015

PENDEWASAAN DALAM RESITAL PIANO - Reportase Senior Piano Recital Kristi Natalie, by: Michael Gunadi Widjaja

"PENDEWASAAN 
DALAM RESITAL PIANO"
(Reportase Senior Recital Kristi Natalie)
by: Michael Gunadi Widjaja


Saat seorang mahasiswa konservatori musik mengadakan resital ketika dirinya “pulang kampung,“ kita tidak perlu heran. Hal biasa, jamak, lumrah, dan sudah dilakukan jutaan orang. Namun ketika ada seorang music educator yang menresitalkan siswanya yang liburan pulang kampung, rasanya kita perlu mengacungi dua jempol dan memberi apresiasi yang sepantasnya. Itulah yang dilakukan JELIA MEGAWATI HERU M.Mus.Edu, alumnus Jerman, dengan menggelar SENIOR PIANO RECITAL bagi Kristi Natalie, mantan siswanya. Resital berlangsung pada Minggu, 30 Agustus 2015 di GKY MUSIC CENTER, di kawasan Green Ville, Jakarta Barat.

Sosok Jelia Megawati Heru, dikenal sebagai music educator yang sangat kreatif pada setiap perhelatan konser para siswanya. Berbagai genre musik disajikan dan dikemas menjadi sebuah sajian kesenian yang sangat mendidik sekaligus mengasup pikiran dan bathin secara sehat dan menyenangkan. Kristi Natalie sendiri, sebetulnya sudah banyak mengenyam pelajaran musik. Berbagai masterclass pernah dia ikuti. Bahkan secara intensif Kristi mempelajari improvisasi dan aransemen musik. Namun di tangan Jelia lah Kristi mendapat pelajaran musik yang bukan saja pengajaran melainkan pendidikan musik secara terpadu dalam arah yang layak. Jelia pulalah yang mempersiapkan Kristi supaya bisa diterima di sebuah konservatori musik bergengsi di Jerman yakni Sekolah Tinggi Musik ROBERT SCHUMANN di kota Düsseldorf.

Tuesday, August 4, 2015

"MANFAAT RESITAL & KONSER" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, August 2015)

"MANFAAT RESITAL & KONSER"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, August 2015


“Untuk apa sih ikut konser? Buang-buang waktu dan uang saja!
Asal bisa main musik saja sudah cukup!”

Familiar dengan ungkapan seperti ini? Mungkin Anda pernah dengar dari salah satu orang tua murid di sekolah musik atau bahkan dari anak Anda sendiri. Banyak pro dan kontra seputar manfaat resital maupun konser bagi perkembangan anak. Memang mengorganisasi resital maupun konser itu repot, membutuhkan persiapan, waktu yang tidak sedikit, dan dukungan dari semua pihak. Namun efek positif nya pun tak terbantahkan, bahkan untuk orang tua murid dan juga guru musik. 

Resital musik bukanlah ajang show-off atau pamer. Resital musik adalah salah satu cara yang paling efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan dan kemampuan bermusik mereka. Bermain di resital musik juga membangun pengalaman kinerja, kepercayaan diri, serta menawarkan umpan balik real-time untuk siswa dari penonton dan instruktur musik mereka. Bagi seorang guru, sebuah resital musik akan memberikan tujuan/arah pembelajaran musik selanjutnya dan bahan evaluasi untuk mengembangkan metode pembelajaran anak.

Saturday, July 4, 2015

MILESTONE: "BATU LOMPATAN DALAM PENDIDIKAN MUSIK" (Staccato, July 2015)

MILESTONE: 
"BATU LOMPATAN DALAM PENDIDIKAN MUSIK
 & BERBAGI PENGALAMAN ESTETIS"
Liputan Konser Tim Staccato
Staccato, Juli 2015


Konser berjudul "MILESTONE" telah digelar pada 17 Mei 2015. Bertempat di TEATER KECIL, TAMAN ISMAIL MARZUKI JAKARTA. Konser tersebut adalah sebuah kolaborasi budaya antara PUSAT KESENIAN JAKARTA TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ-TIM,) DEWAN KESENIAN KOTA TEGAL, dan JELIA MUSIC PLAYGROUND. Konser berlangsung sejak jam 3 sore hari hingga jam 6 petang. Konser Milestone dipadati oleh pengunjung dari berbagai usia. Termasuk beberapa Duta Besar Negara sahabat dan beberapa perwakilan Diplomatik. Yang menarik dalam konser Milestone adalah hadirnya sebuah kelompok ensembles Gamelan Jawa "CANANGAN," yang menawarkan format dan pendekatan gramatik baru akan Musik Gamelan.

Thursday, July 2, 2015

"BERMAIN PIANO TANPA RASA NYERI" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, July 2015)

"BERMAIN PIANO 
TANPA RASA NYERI"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, July 2015


“Ow, sakit!” Itulah yang sering dirasakan para pianis ketika berlatih berlebihan. Tahukah Anda 65-80% musisi ternyata sering mengalami cidera otot dalam berlatih? Dan 70% diantaranya adalah wanita. Umumnya hanya wanita yang melaporkan keluhan rasa sakit/nyeri ini ke dokter dan mereka baru akan mencari bantuan setelah kondisi mereka kronis. Cidera pada pianis ini bukan isapan jempol belaka. Pianis dunia pun tidak luput dari kasus cidera yang fatalmulai dari Artur Schnabel, Alexander Scriabin, Sergei Rachmaninoff, Robert Schumann, Glenn Gould, hingga Keith Jarret. Cidera tsb mungkin tidak mengakhiri karier mereka secara langsung, tapi membuat mereka tidak dapat berlatih dalam durasi yang lama, memaksa mereka untuk membatasi repertoire konser, dan bahkan membatalkan konser.

Thursday, June 4, 2015

"CONCERT CHECKLIST" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, Juni 2015)

"CONCERT CHECKLIST"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, June 2015


Konser dan resital merupakan salah satu ajang yang positif bagi setiap murid yang mempelajari instrumen musik. Selain memberikan tujuan untuk berlatih, konser dan resital juga dapat meningkatkan motivasi anak dan mendapatkan pengalaman serta kesempatan untuk tampil di ruang publik. Oleh karena itu konser atau resital diadakan serutin mungkin, minimal satu tahun sekali. 

Namun mempersiapkan konser bagi murid merupakan hal yang tidak mudah dan tidak bisa dianggap sepele. Disini guru musik bertindak bukan hanya sebagai guru yang mempersiapkan muridnya untuk tampil di panggung, namun guru juga bertindak sebagai Event Organizer (EO). Ini adalah dua hal yang sangat berbeda. Sebagai EO, Anda dituntut untuk mempersiapkan segala sesuatunya: PLANNING dari A-Z, pelaksanaan/eksekusi pada hari H, dan mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga.

Walau Anda bukan EO, ada baiknya Anda sebagai seorang praktisi musik mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan konser/resital. Hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam mengadakan konser/resital? Simak concert checklist berikut ini!

Sunday, May 31, 2015

PUBLICATION OF MILESTONE Piano Recital & Music Concert (2015)

PUBLICATION OF MILESTONE
Piano Recital & Music Concert
17th May 2015, at Teater Kecil TIM


Tuesday, May 26, 2015

ULASAN MILESTONE di KOMPAS, 15 Mei 2015

ULASAN MILESTONE 
KOMPAS, 15 Mei 2015

Sumber
Harian KOMPAS, Jumat, 15 Mei 2015
Hal. 26, kolom Metropolitan

MUSIK DAN TEATER

Bagi Anda yang ingin pilihan acara lain di luar mode dan kuliner, tak perlu khawatir. Di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, sepanjang akhir pekan ini ada berbagai pilihan acara musik dan teater...

Sementara pada Minggu (17/5) di Teater Kecil TIM akan digelar Resital Piano dan Konser Musik Milestone. Para penampil, seperti Michael Gunadi Widjaja (gitar), Nathan's Male Acapella, Yoseph Sitompul Jazz Trio, Julian Abraham Marantika, Canangan Javanese Gamelan Ensemble, dan student of Jelia's Music Playground, akan unjuk kepiawaian dalam konser yang akan berlangsung pukul 15.00 - 17.00. (B12/PIN)


Monday, May 4, 2015

"KESALAHAN BERLATIH MENJELANG KONSER" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, May 2015)

"KESALAHAN BERLATIH MENJELANG KONSER"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, May 2015


P-A-N-I-K, lima huruf itulah yang dirasakan setiap performer sesaat sebelum konser, ketika melihat panggung, sebuah piano, dan ratusan penonton. Apakah itu hormon adrenalin, demam panggung, atau pikiran buruk yang selalu menghantui Anda, ah entahlah? “Bagaimana jika nanti salah? Bagaimana jika saya lupa? Bagaimana jika saya berhenti bermain dan terdiam mematung di tengah-tengah konser?” Well, there’s a lot of IF there.

Hal-hal seperti ini lah yang membuat pianis, terutama yang bermain solo selalu merasa kurang latihan dan tetap berlatih hingga detik-detik terakhir menjelang konser. Sayangnya latihan menjelang konser yang terburu-buru dan berantakan karena stress maupun panic attack, justru akan berdampak fatal terhadap rutinitas latihan Anda. Alih-alih bermain secara sempurna, Anda justru bisa melakukan lebih banyak kesalahan yang mungkin sebelumnya tidak pernah Anda lakukan dan mengakibatkan cidera serius. Kesalahan berlatih apa yang harus Anda hindari pada detik-detik menjelang konser?

Sunday, April 5, 2015

"MENGAJAR MUSIK BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, April 2015)

"MENGAJAR MUSIK BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, April 2015


Menurut Jurnal JAMA Pediatrics, statistik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 24 persen pada penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dalam lima tahun terakhir. Penderita ADHD mengalami ketidakseimbangan aktivitas neurotransmiter di area otak yang membuat mereka sulit berkonsentrasi. Statistik juga menunjukkan, bahwa satu dari lima anak mengalami kesulitan dalam bahasa dan disleksia.[1] Apa yang harus dilakukan, bila Anda menemukan bahwa murid Anda menunjukkan gejala ADHD atau disleksia? Apa yang harus diperhatikan, apabila Anda mengajar musik bagi murid berkebutuhan khusus - dalam hal ini ADHD dan disleksia?

Thursday, March 26, 2015

LAVENDER'S BLUE (DILLY, DILLY) - Music Sheets & Lyrics (OST. Cinderella)

"LAVENDER'S BLUE (DILLY, DILLY)"
MUSIC SHEETS & LYRICS
OST. CINDERELLA


"Lavender's Blue," (perhaps sometimes called "Lavender Blue,") is an English folk song and nursery rhyme dating to the 17th century, which has been recorded in various forms since the 20th century.

A hit version of the song, sung by Burl Ives, was featured in the Walt Disneymovie, So Dear to My Heart (1948) and was nominated for an Academy Award for Best Original Song. It was Ives' first hit song and renewed the song's popularity in the 20th century. Other hit versions of the song were recorded by Sammy Kaye and Dinah Shore. In 1955, Jazz pianist Jack Pleis recorded it for his album, Music from Disneyland.

Source: 

Thursday, March 5, 2015

"STRESS in AURAL TEST" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, March 2015)

"STRESS IN AURAL TEST"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, March 2015


Memiliki telinga yang musikal merupakan salah satu aset yang krusial dalam bermain musik. Ibarat seorang chef yang mengandalkan lidahnya dalam merasakan dan menghasilkan masakan yang lezat. Karena sejatinya musik dihasilkan bukan dari instrumen musik. Namun musik dihasilkan dari tubuh kita sendiri, bahkan sebelum musik itu dimainkan pada instrumen musik atau dinyanyikan. Kepekaan telinga dalam mendengar musik dapat berkembang seiring berjalannya waktu melalui latihan. Beberapa orang terlahir dengan telinga musikal hanya dengan “feel it.”

Namun tidak jarang beberapa orang mungkin tidak akan pernah menguasai hal ini. Terutama pada orang yang buta nada (tone deaf,) dimana telinga mereka mengalami kesulitan dalam mengenali nada. Mereka tidak mempunyai kepekaan dalam mengetahui tinggi rendah nada, apakah nada yang dihasilkan benar atau salah. Sehingga mereka akan selalu membuat banyak kesalahan dalam memainkan instrumen atau menyanyi. Oleh sebab itu, aural test ini menjadi momok bagi banyak orang, khususnya dalam konteks ujian. Apa itu aural test dan bagaimana cara mengatasi stress dalam aural test? Simak pertanyaan-pertanyaan umum seputar aural test!

Tuesday, March 3, 2015

PROFILE OF YOSEPH SITOMPUL & HIS ALBUM "MENUNGGUMU" (2014)

PROFILE OF YOSEPH SITOMPUL

Source: MostlyJazzJKT

Yoseph Sitompul learned Electone organ at the age of 6 in a wide variety of music courses (JVC, Kawai and Yamaha). At the age of 9, he has started playing music in church in genres Pop, Rock, R 'n B, and Gospel. He worked as an architect after graduating from Parahyangan Architecture Bandung in 2003.

Four years later (2007) after worked as an architect, he decided to pursue his passion in music especially in Jazz. He studied at Institut Musik Daya Indonesia (IMDI) for two years. He got his first classical piano lessons at IMDI with Jelia Megawati Heru. ​​He participated in a lot of workshops, especially Porch Jazz at the GoetheHaus.

Sunday, February 15, 2015

"DIY MUSIC TERM FLASHCARDS" - by: Jelia Megawati Heru

"DIY MUSIC TERM FLASHCARDS"
by: Jelia Megawati Heru


As a music teacher, you must know, 
how hard to make music students learn 
the performing directions/music terms in foreign language. Right?

So, I came up with the idea to make my own flashcards.
I even made them in different colors and shapes.

At the beginning seems a lot of work and effort.
But it's totally worth it. It helps my students to learn the music terms.
They could bring them anywhere in pocket size.

Here's the DIY tutorial.

Friday, February 6, 2015

"Menghadapi Perilaku Buruk Murid Piano" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, February 2015)

"MENGHADAPI PERILAKU BURUK MURID PIANO"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato, February 2015

“Kapan sih kita main pianonya? 
Kok ngomong melulu! Bosen nih.”

“Miss, aku ngga mau main piano hari ini ya! 
Miss ngga usah bilang-bilang ke mama, kan Miss juga dibayar,”
ujar salah satu murid piano dengan melipat tangannya, lalu keluar dari ruangan.

Familiar dengan situasi diatas? Sebagai guru piano, suka atau tidak, cepat atau lambat, kita akan berhadapan perilaku murid yang buruk (disrespectful) atau kurang ajar. Mengapa murid berperilaku buruk? Bagaimana kita menyikapi perilaku buruk murid piano? Dimana batas toleransi guru dalam mengatasi murid berperilaku buruk?

DEFINISI PERILAKU MURID YANG BURUK
Disini perlu dibedakan, murid yang berperilaku buruk adalah bukan murid yang mempunyai masalah konsentrasi seperti anak berumur dibawah lima tahun, atau memiliki kondisi/kebutuhan khusus seperti pada anak ADHD misalnya. Konteksnya adalah lebih kepada murid yang sudah cukup umur (tujuh tahun ke atas misalnya,) mengerti bagaimana harus bersikap dalam ruang publik, tetapi menjadi tidak terkontrol dalam kelas. Perilaku buruk ini bisa menjadi sangat tidak sopan, diluar kendali, dan bahkan mengarah ke arah kekerasan. Sehingga suatu kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlaksana secara optimal. Misalnya: tidak kooperatif, kasar, berteriak, memukul, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas/kotor terhadap guru, menolak latihan, membantah perkataan/instruksi guru, bahkan mengancam.

Thursday, January 8, 2015

"GURU PIANO YANG KILLER" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato, January 2015)

"GURU PIANO YANG KILLER"
by: Jelia Megawati Heru
Staccato Article, January 2015


"DASAR IDIOT!"
teriak Nadia Boulanger kepada Astor Piazzolla muda (1935)

Adalah Nadia Boulanger, seorang music educator terbaik yang legendaris pada abad ke-20, profesor di Paris Conservatory, conductor, dan komposer yang berperan penting dalam menempatkan Astor Piazzolla, komposer dari Argentina - dalam takdir dan akar jiwa sejatinya, yaitu tango dan bandoneon.

Nadia Boulanger

Hal yang menarik disini adalah walau Nadia Boulanger adalah seorang akademisi, seorang professor di konservatori terkemuka. Hal itu tidak mencegahnya mengucapkan kata-kata kasar, seperti idiot maupun kata-kata makian lainnya. Namun demikian tidak dapat dipungkiri, justru berkat jasa Nadia Boulanger lah justru Piazzolla menemukan esensi dari musiknya.

Biasanya persepsi karakter killer melekat pada dosen universitas yang bisa menekan mahasiswa dengan nilai mata kuliahnya. Sedangkan killer pada guru piano lebih diidentikan dengan kritik yang pedas, hyper-critical, sarkasme, dan sikap arogan. Mengapa guru piano banyak yang ‘killer’ alias super galak? Dimana batasan guru dalam bersikap? Apa efeknya bagi karakter murid? Bagaimana kita harus menyikapinya?