Monday, April 23, 2012

"BEETHOVEN & PEANUTS GANG"

Funny & Inspirational Comic Series
by Charles Schulz 
"BEETHOVEN & PEANUTS GANG"


Charles Schulz (1922-2000) mendengarkan Sinfoni karya Ludwig van Beethoven pada tahun 1946 dan sejak saat itu, dia menjadi penggemar berat dari musik Klasik dengan koleksi catatan luar biasa. Dia  menciptakan karakter Schroeder, seorang sosok anak laki-laki yang dikenal piawai bermain piano, menyukai musik Klasik, sangat dewasa dibandingkan anak seumurannya, dan sangat mengidolakan Ludwig van Beethoven. Karakter Schroeder umumnya sangat pasif, tetapi dia bisa menjadi mudah marah, terutama jika musiknya atau idolanya, Beethoven dihina.




HAPPY BIRTHDAY, BEETHOVEN! 




Alamat rumah Schroeder adalah 1770 James Street, mudah diingat untuknya karena angka tsb merupakan tahun kelahiran dari Beethoven. Setiap tahun, Schroeder menandai 16 Desember ulang tahun pahlawannya tsb. Schulz pernah mengungkapkan bahwa dia awalnya direncanakan untuk menggambarkan Johannes Brahms sebagai idola Schroeder, tetapi pada akhirnya Schulz memutuskan untuk memilih Beethoven karena penyebutan namanya terdengar lebih "lucu & unik." Schroeder pernah shock ketika dia melupakan hari ulang Beethoven. Ketika tim bisbol Charlie Brown diperlukan untuk memiliki sponsor untuk bermain game, sponsor Schroeder adalah Beethoven.


SCHROEDER & LUCY VAN PELT

Lucy Van Pelt pernah menyiratkan kepada Schoeder, bahwa pemujaannya terhadap Beethoven terlalu berlebihan, dan menanyakannya apa yang pikirkan tentang komposer klasik lainnya seperti Schubert, Brahms, Bach, dan Chopin. Schroeder hanya menjawab, "Mereka adalah komponis besar juga," dan terus memainkan karya Beethoven. Pada kesempatan lain, komentar Lucy ke Schroeder "Beethoven wasn't so great." Kesal, Schroeder meminta Lucy untuk menjelaskan komentarnya. Lucy menjawab, "You've never seen his face on a bubblegum card, have you?" (and that one cannot be considered great without appearing on one.)






Lucy juga pernah bertanya apakah pianis membuat banyak uang, dan Schroeder spontan menjadi sangat murka!? "Who cares about money?! This is art, you blockhead! This is great music I'm playing, and playing great music is an art! Do you hear me? An art! Art! Art! Art! Art! Art!" (Lima kata terakhir itu diselingi dengan membanting-banting tangannya pada tuts piano). Ini salah satu contoh kasus ketika Schoeder bisa menjadi sangat agresif.

Pada satu kesempatan, Charlie Brown mencoba membuat Schroeder untuk memainkan piano nyata dan pada saat itu Schroeder Jr. langsung menangis tersedu-sedu, karena terintimidasi oleh ukuran piano sesungguhnya. (*Note: biasanya Schoeder selalu memainkan piano mini/toy piano)

Komik ini ditujukan untuk anak-anak di permukaan, tetapi jika Anda menggali lebih dalam, Anda akan menemukan pesan inspirasional dan pelajaran tentang kehidupan di dalamnya yang dapat memotivasi dan mengangkat Anda.


Friday, April 13, 2012

HAND & FINGER EXERCISES (WARMING UP)

HAND & FINGER EXERCISES 
(WARMING UP) - for all instruments

 


Angry Birds Piano Sheet

ANGRY BIRDS PIANO SHEET

Angry Birds Piano Sheet
(Simplified LH)

 
 

Angry Birds Piano Sheet
(with extended LH)

Thursday, April 12, 2012

Educational Comic by Peter Coraggio

Educational Comic by Peter Coraggio

"great illustration & very inspiring music education comic!"



"I LOVE YOU"


MUSIC = LANGUAGE

How you sing it = How you mean it!

The way you gesture and use your voice in speaking a language are similar to the ways you shape sounds to make music meaningful.

how your voice rises or falls in tone or loudness...
how you connect or separate the words...
how fast or deeply you breathe...
how fast you speak...
what individual words or syllables you stress...
enables you to say what you mean.
 

Golden Fingers on Media Indonesia (Oct 29th, Nov 5th & Nov 12th, 2011)

Golden Fingers Piano Ensembles 
on MEDIA INDONESIA

 October, 29, 2011
"WHERE TO GO?" (Page 23)

 

Read it online:


November, 5, 2011
"WHERE TO GO?" (Page 24)

 
 

Read it online:


November, 12, 2011
"WHERE TO GO?" (Page 24)


Read it online:


 


PIANO ENSEMBLE GOLDEN FINGERS


"SIAPA bilang bermain piano hanya bisa dilakukan satu orang?"


Piano ensemble merupakan permainan piano yang menampilkan lebih dari satu performer. Salah satu keunikannya ialah unsur interaksi yang sangat tinggi dengan pemain lain, juga dengan penonton.

Piano ensemble juga memungkinkan konfigurasi permainan piano yang tidak biasa. Jadi, permainan piano klasik yang identik dengan monoton, tidak bisa dimengerti, atau boring akan menjadi interaktif, humoris, dan menarik bagi pendengar awam sekalipun.

Piano ensemble ini akan menampilkan pemain beginner anak-anak dari umur 6 tahun sampai orang dewasa pemain advanced, dengan karya-karya piano bergenre Klasik-Modern dalam format 1 piano/4 hands, 1 piano/6 hands, dan 2 pianos/8 hands

Host acara adalah Jelia Megawati Heru, seorang music educator, lecturer, sekaligus pianis bergelar Master of Music Education dari Jerman.


VENUE

Piano Ensemble Golden Fingers
19 November 2011
pukul 19:00 - 21:00 WIB

Istituto Italiano
Jln. HOS Cokroaminoto 117, Menteng

Wednesday, April 4, 2012

Artikel Majalah STACCATO (edisi April 2012)

Artikel Majalah STACCATO (edisi April 2012)

"Kapan Anak Mulai Belajar Instrumen?"

Oleh: Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu.

 

 




"Apakah anak saya siap untuk mempelajari instrumen?"
"Sebenarnya umur berapakah anak bisa mulai bermain instrumen?"

Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang umumnya sering diajukan oleh setiap orang tua, ketika mereka ingin memasukkan anak mereka ke lembaga formal/kursus musik.


CHILD-LED
Semuanya tergantung dari sang anak

Tidak ada umur yang pasti yang bisa ditentukan, apakah anak Anda siap untuk mempelajari instrumen. Semuanya tergantung dari perkembangan, minat, dan bakat sang anak. 

Mempelajari instrumen 'terlalu dini' (*anak belum siap) dikhawatirkan akan  membuat anak putus/berhenti untuk bermain instrumen di tengah jalan, karena mereka memulai pelajaran formal terlalu awal pada usia dua dan tiga tahun. Umumnya anak akan mengalami kesulitan untuk menangkap materi yang diberikan, karena materi terlalu sulit dimengerti bagi anak usia dini. 

Mulailah pelajaran bermusik untuknya lebih awal hanya jika Anda mempunyai waktu dan energi untuk berlatih bersamanya setiap hari, dan pengamatan yang jelas untuk menghentikan kegiatan bila motivasinya menurun. Belajar membaca adalah pekerjaan yang berat; demikian pula belajar untuk memainkan alat musik. Melakukan keduanya sekaligus tidak menyisakan banyak waktu untuk bersenang-senang, relaksasi, atau menguasai ketrampilan sosial.

Hal-hal yang dibutuhkan dalam mempelajari instrumen tahap awal:
  • Kesiapan perkembangan otot motorik halus: kontrol & koordinasi jari-jari dan tangan
- Mampu mengangkat masing-masing jari tangan tanpa rasa sakit dan cukup kuat untuk menekan tuts atau memetik senar

- Jari-jari mempunyai ukuran yang cukup besar untuk membentuk posisi bermain instrumen. Misalnya: pada instrumen piano - jari-jari sudah berada dalam posisi lima jari, dimana setiap jari sudah berada tepat di masing-masing tuts piano (C D E F G) 


- Pada instrumen tiup, sebaiknya anak memulai mempelajari instrumen ini, apabila anak mempunyai gigi tetap (karena tekanan udara dari meniup), badan yang cukup besar/kuat untuk menopang instrumen, mulut yang kuat, perkembangan otot bibir yang baik, dan kemampuan meniup yang baik pula


- Pada pelajaran vokal, lebih baik dimulai apabila anak telah mengalami perubahan suara (setelah proses puber). Karena  setelah perubahan suara tsb., otot-otot yang diperlukan dalam bernyanyi telah berkembang dengan sempurna dan siap untuk dilatih. Apabila latihan vokal tidak dilakukan dengan benar, maka dikhawatirkan pita suara dapat menjadi rusak. Sampai saatnya tiba, fokuskan anak untuk mempelajari instrumen lain yang akan mendukung pembelajaran vokal di masa yang akan datang.
  • Daya tangkap, perhatian, dan konsentrasi (minimal sekitar 10-15 menit) 
  • Kesiapan kognitif (*Kognitif: mencakup semua hal yang berhubungan dengan penerimaan serta pemahaman informasi, yaitu pengetahuan, pengertian, pemahaman - logika & assosiasi)
  • Pengetahuan dasar berhitung (1234), membaca (ABCDEFG), dan menulis
  • Kesiapan sosial: mampu berinteraksi dengan orang lain, mampu menerima keberadaan orang lain, dan mengekspresikan dirinya (kontak mata, menjawab pertanyaan, mampu menerima instruksi, pujian, toleransi, menghadapi tantangan, dll.)
Setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda-beda - ada anak yang mempunyai perkembangan motorik halus yang luar biasa cepat pada usia 4 tahun; ada pula anak yang baru mempunyai perkembangan motorik halus yang baik pada usia 8-9 tahun. Perkembangan setiap anak sangat bervariasi, oleh karena itu sudah merupakan tanggung jawab orang tua untuk mengobservasi perkembangan anak dan menentukan apakah anak Anda siap untuk mempelajari instrumen.

Apabila anak belum mempunyai otot motorik halus yang cukup kuat, lebih baik tundalah dulu pelajaran instrumen anak untuk setahun ke depan. Karena apabila dipaksakan, maka otot motorik halus anak dapat mengalami cidera, yang berujung pada posisi bermain yang salah. Kebiasaan yang buruk ini akan sulit diubah, karena telah berakar kuat dalam diri anak. 

   


Berikut ini beberapa tips untuk mengetahui apakah anak Anda siap mempelajari instrumen atau tidak.

1. Watch & Learn
  • Observasi minat dan bakat anak dalam bidang musik
  • Apakah anak Anda musikal dan mencintai musik?
  • Apakah anak Anda suka menyanyi?
  • Bagaimana reaksi anak Anda ketika mendengar musik?
  • Apakah anak Anda cepat mengimitasi bunyi dan suara-suara di sekitarnya?
2. Komunikasikan ke anak tentang belajar instrumen!
  • Apakah dia tertarik untuk mempelajari instrumen?
  • Apa manfaat mempelajari instrumen? 
  • Jelaskan dalam mempelajari instrumen dibutuhkan latihan dan komitmen! *Terutama pada anak berumur 7-8 tahun mulai bisa dituntut untuk bertanggung jawab atas pilihannya dan diberikan penjelasan mengenai konsekuensi latihan. Apakah anak bersedia untuk latihan?
  • Alat musik/instrumen manakah yang tertarik ingin dimainkan?
3. Be supportive!
  • Dukunglah anak Anda untuk tetap bermain instrumen hingga kapanpun!
  • Yakinkanlah anak Anda bahwa Anda sebagai orang tua akan selalu mendukungnya!  
  • Jadilah sumber inspirasinya, sehingga dia tetap termotivasi dan ingin terus belajar!
4. Sharing & Praise
  • Tunjukkanlah antusiasme Anda, betapa senangnya dan bangganya Anda sebagai orang tua terhadap anak Anda ketika dia bisa bermain musik dan berlatih!
  • Berikanlah pujian terhadap usahanya dalam berlatih dan ketika dia bisa memainkan lagu yang sederhana sekalipun!
  • Mintalah dia untuk memainkan suatu lagu untuk Anda!
  • Dengarkanlah dia ketika sedang berlatih dan berikanlah masukan yang membangun dan memotivasi anak!
  • Diskusikanlah lagu-lagu yang sedang dimainkannya, bertanya lagu mana yang dia sukai, dan bagikanlah apa yang Anda rasakan tentang lagu itu!
5. Never force your child!
  • Jangan paksa anak Anda untuk melakukan suatu hal yang tidak siap dia lakukan! (*kecuali kalau anak malas dan sama sekali tidak ada interest)
  • Tanamkan bahwa bermain musik itu FUN!
  • Apabila anak Anda tidak menikmati musik, berarti ada sesuatu yang salah disini. Carilah dimana letak permasalahan nya yang membuat bermain musik menjadi tidak menyenangkan untuknya, mencari solusinya, dan mengkomunikasikan hal ini ke anak. Apakah dia merasa terbeban dengan harus berlatih setiap hari? Apakah anak mendapatkan kesulitan dalam hal membaca notasi balok, teknik penjarian, dll.
  • Tekankan bahwa dia tidak perlu menjadi seorang profesional di bidang musik, yang Anda inginkan sebagai orang tua hanyalah mendukungnya sebaik mungkin dan menginginkan yang terbaik untuknya. Anda ingin dia mencintai musik, seperti Anda pun mencintai musik. Anda berharap lewat bermain musik, dia bisa mengekspresikan dirinya dan musik bisa menjadi bagian yang penting dalam hidupnya!
Semoga informasi ini membantu para orang tua dan guru untuk lebih bijak dalam memulai pelajaran instrumen jangka panjang... Play music for life!

Oleh: Jelia Megawati Heru

Liputan Majalah STACCATO (edisi April 2012)

Liputan Majalah STACCATO (edisi April 2012)
"THE GOLDEN FINGERS PIANO ENSEMBLES 
GOES TO TEGAL"


Tegal adalah sebuah kota pantai di Jawa Tengah. Dari luas wilayahnya, kota Tegal tergolong kecil. Namun demikian potensi kesenian yang ada di Tegal layak diperhitungkan. Dalam seni sastra, Tegal adalah salah satu barometer perkembangan sastra di tanah air kita. Untuk seni musik pun, kota Tegal nampaknya mulai menggeliat.

Geliat kesenian di Tegal disikapi dengan sangat positif oleh Pemerintah Kota Tegal. Sebagai ajang apresiasi seni, Pemkot Tegal membangun kawasan Taman Budaya Tegal atau TBT. Dalam kawasan TBT tersebut terdapat Teater Arena. Sebuah gedung pertunjukan yang sangat representatif berkapasitas 1000 orang. Dengan desain arsitektural dan interior yang sangat tidak kalah dengan gedung pertunjukan kelas atas di Jakarta dan kota besar lainnya. Tanggal 4 Maret yang lalu, diadakan soft opening bagi Teater Arena dan sebagai laskar seni pertama yang diberi kehormatan oleh Pemkot Tegal dan masyarakat seni di kota Tegal, adalah THE GOLDEN FINGERS PIANO ENSEMBLES directed by JELIA MEGAWATI HERU,M.Mus.Edu.

Konser ensembel piano Golden Fingers terselenggara atas prakarsa Komite Musik Dewan Kesenian Kota Tegal. Dalam keberadaannya, Golden Fingers bukanlah sebuah group musisi. Golden Fingers adalah sebuah proyek edukasi dari Jelia Megawati Heru. Jelia sendiri adalah seorang music educator dan pianis alumnus Jerman. Pemikirannya tentang edukasi musik senantiasa cemerlang. Ulasannya pun sangat tajam dan menggagas. The Golden Fingers digagas sebagai perwujudan konsep “Music from Passion.” - menjadikan musik sebagai bagian terdalam relung jiwa dan sublim dalam setiap nuansa kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, The Golden Fingers memang bukan ensembel biasa. The Golden Fingers adalah perwujudan musik dalam karya dan karsa.

Dalam setiap konsernya, The Golden Fingers senantiasa melakukan update pada situs jejaring sosialnya, yakni dalam www.jeliaedu.blogspot.com dan www.piano-ensembles.blogspot.com Update tersebut berupa rekaman rehearsal, kesaksian para personelnya, news update, artikel, dan telaah repertoire yang ditampilkan. Hal ini menggoreskan makna yang layak diketahui publik, bahwa sebuah pertunjukan musik dalam esensinya adalah sebuah passionate moment. Peristiwa yang sungguh menyatu dalam kehidupan itu sendiri. Dan dalam ranah semacam itulah konser The Golden Fingers di Tegal.

Konser diawali dengan performance piano oleh Walikota Tegal - Pak Ikmal Jaya, SE. Ak. membawakan “The Harebell”. Sebuah wujud nyata apresiasi seorang pimpinan pemerintahan terhadap musik seni. Ditengah kepusingan sebagai orang nomor satu di sebuah kota, Pak Ikmal Jaya masih menyempatkan diri mengasah ketajaman nurani estetisnya dengan berpiano. Hadirin memberikan applause dan apresiasi yang tinggi. Bukan karena walikota bermain piano. Namun karena permainan musik Ikmal Jaya adalah jujur dari nurani estetisnya.


 
Berikutnya adalah performance dari Michael Gunadi Widjaja, komite seni musik Dewan Kesenian Tegal, yang berduet dengan Jelia membawakan dua nomor dengan passionate dan sangat romantis. Sebuah Waltz dan satu karya Christopher Norton bernafaskan Jazz. Mereka berdua seakan ingin berujar pada publik, bahwa passion tidaklah selalu vulgar. Passion bisa dalam wujud romantis yang anggun, estetis, pas, namun tetap terasa auranya.



The Golden Fingers tampil prima dan sangat memukau. Mereka terdiri dari dara-dara jelita: Angelica Liviana, Patricia Trisnawati, Keniawati, Christine Paulina, Clarissa Rachel dan Miss Jelia Megawati Heru. Repertoire yang dibawakan malam itu sangat beragam - dari mulai Klasik, Pop, Semi Jazz, tradisional, dan bahkan Dang Dut.

Diawali dengan “CHAMPAGNE TOCCATA” karya William Gillock. Sebagai nomor perdana, “Champagne Toccata” sudah menebarkan aroma champagne yang mulai merasuk hadirin untuk sedikit bergoyang.



Saat membawakan “THE SCARLET CAPE” Ralph Federer. Jelia memasukkan unsur teatrikal dan dansa tango bersama Liviana. Hadirin terpukau dan terkesima saat Scarlet Cape hadir dengan gerakan tubuh Jelia dan Liviana dalam nuansa Tango yang eksotis. Juga karya Leroy Anderson “THE TYPEWRITER” dibawakan dengan memanggil audiens untuk berinteraksi menggunakan note bell. Sebagai imitasi bunyi denting mesin ketik kuno. 

"THE SCARLET CAPE"


"THE TYPEWRITER"


Dibawakan pula sebuah nomor etnik karya Michael Gunadi Widjaja. “KEMBEN” untuk dua piano 8 tangan. Dalam komposisi ini terdapat frase Dang Dut. Spontan audiens bertepuk tangan megikuti irama Dang Dut, yang nampaknya untuk pertama kalinya tersaji sebagai musik piano. “KEMBEN" adalah sebuah komposisi yang sarat dengan muatan erotisme. Dan Golden Fingers memainkan karya ini dengan berbusana kebaya. Kebaya yang sangat eksotis dalam erotisme yang tetap sopan.



Juga komposisi Michael Gunadi berupa olahan medley lagu-lagu daerah. Selain bertepuk tangan seirama, hadirin juga terkejut dan senyum-senyum saat bagian akhir komposisi ini menyertakan “lick phrase” dari soundtrack film Mission Impossible.



Malam itu kota Tegal diguyur hujan sangat lebat. Namun tak mengurangi masyarakat Tegal untuk datang mengapresiasi konser The Golden Fingers. Semua anggota Dewan Perwakilan Rakyat kota Tegal hadir. Demikian pula Walikota Tegal H.Ikmal Jaya,SE.Ak. Tak terkecuali Kapolresta Tegal dan semua pejabat kota Tegal. Sebuah bentuk kepedulian dan peran serta yang aktif dari pemkot terhadap seni musik.


Dalam sambutannya, Michael Gunadi Widjaja, Ketua Komite Seni Musik Dewan Kesenian Kota Tegal mengatakan:  

“Adalah hak setiap orang,termasuk warga Tegal,
untuk mendapatkan sajian musik yang bermutu, 
dan hak tersebut telah diberikan oleh Dewan Kesenian Kota Tegal”.

The Golden Fingers telah secara nyata menyemburatkan bahwa musik piano tak harus kaku angker dan sombong. Musik piano dapat menjadi sangat passionate. Dan unsur itulah yang agaknya mendorong pemerintah kota Tegal untuk berapresiasi secara total. Sebuah fenomena tentang harmonisnya relasi birokrat, seniman, dan masyarakat kebanyakan.