Tuesday, December 9, 2014

"SISI KELAM CONCERT PIANIST" - by: Jelia Megawati Heru (Staccato Article, December 2014)

"SISI KELAM CONCERT PIANIST"
Article Staccato, December 2014
by: Jelia Megawati Heru

“Waktunya bangun, sayang. Apakah kakimu sudah menyentuh lantai?
Ayo, sudah waktunya untuk latihan piano lagi,”
ujar seorang Ibu kepada anak semata wayangnya, yang berumur enam tahun.

BERAWAL DARI SEBUAH MIMPI
Fenomena menjadi seorang concert pianist yang bermain pada sebuah grand piano Steinway atau Fazioli di bawah sorot lampu spotlight, memakai tuxedo di gedung konser terkenal, dielu-elukan penonton dengan standing ovation dan teriakan “encore!” - mungkin menjadi hal yang diimpikan banyak orang, bahkan bisa menjadi hal yang universal. Bahkan banyak tiger parents yang ambisius menginginkan anaknya menjadi seorang concert pianist yang tenar, walau anaknya sebetulnya tidak mumpuni atau bahkan belum tentu menginginkan hal yang sama. "I would give anything to do what she does," ujar banyak orang dengan penuh rasa iri, setelah menonton sebuah konser piano. Hmm, really? Benarkah menjadi concert pianist adalah suatu hal yang membahagiakan?

"Ketika Roh Beethoven Mengunjungi Jakarta" - Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)

"KETIKA ROH BEETHOVEN MENGUNJUNGI JAKARTA"
Liputan Konser Oliver Kern (Staccato, December 2014)
Oleh: Tim Liputan Staccato


Sudah banyak pianis di Indonesia yang memainkan karya Ludwig van Beethoven, baik yang main secara malu-malu, main dalam pagelaran resmi, maupun dalam pagelaran resmi yang dibesar-besarkan. Pertanyaannya adalah apakah mereka benar-benar “memainkan” Beethoven? Banyak juga pianis hebat kelas dunia yang memainkan karya Beethoven. Segudang pertanyaan dan kritik pun berhamburan. Apakah mereka juga sudah sungguh memainkan Beethoven secara pas? Sudah terlalu banyak pula pianis yang asli Jerman, yang nota bene adalah tanah kelahiran Beethoven, yang bahkan juga mengundang spekulasi pas tidaknya penafsiran mereka akan karya Beethoven. Untuk apa sih kita mempersoalkan MAIN BEETHOVEN secara pas? Kan ini hanya musik, salah tafsir juga tidak bakalan ada yang mati! Ya, benar. Namun jika kita ingin menjadikan Musik Klasik, termasuk karya Beethoven, sebagai komunikasi estetis dalam ranah seni, kita mutlak perlu melakukan pendekatan tafsir yang setidaknya mendekati pas.

Excerpt Video "Achtung! Oliver Kern bringt Beethoven nach Jakarta!"

source: PKJ-TIM