Saturday, June 30, 2012

MUSIC GOES GREEN!

MUSIC GOES GREEN!!!

Starving musician blues got you down? 
Go from shredding credit cards to ripping guitar solos 
with the Pickmaster Plectrum Punch!


Clever Pickmaster Plectrum Punch 
Turns Credit Cards Into Guitar Picks

Recycling expired credit cards, gift cards and membership cards can be difficult because they’re made from PVC*; you can’t just toss them into your recycling bin. 
 Instead of hoarding them, turn them into guitar picks. Simply pop an expired credit card into the machine, pull down the punch, and you’ll be riffing in no time.

*PVC = Polivinil klorida adalah polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. Daur ulang PVC saat ini tidaklah populer karena biaya untuk menghancurkan dan memproses kembali resin PVC lebih mahal dari pada membuat resin PVC dari bahan bakunya.

buy the clever pickmaster on:

MTV’s Green Picks Recycle Machine, 
was placed in nightclubs and bars across San Paulo. 
It’s easy to use: insert your card, pull the lever, 
and the machine punches out a guitar pick.

What a cool way to GO GREEN!

Friday, June 29, 2012

The Art of KOKORU Papercraft* (*CO-lor CO-RRU-gated paper)

The ART of KOKORU*
 (*CO-lor CO-RRU-gated paper) 

 
A N G R Y   B I R D S   K O K O R U  


Bagi kebanyakan dari kita, seni melipat kertas (origami) adalah bagian dari masa kecil kita. Apakah Anda ingat kegembiraan sederhana melipat pesawat? Atau bagaimana mendebarkannya membayangkan sebuah kapal kertas terbang berpetualang di udara? Sungguh menyenangkan membayangkan sebuah dunia dengan kemungkinan tak terbatas membentang di depan kita. Ini adalah momen-momen dan memori indah yang sangat berharga yang tak terlupakan.

Nah, sekarang kita belajar untuk menemukan tempat yang sempurna untuk bereksperimen yang membuat kita terbang lebih tinggi dan jarak tempuh yang lebih jauh, agar kenangan indah itu tetap hidup dalam hati sanubari kita sampai kapanpun di tahun-tahun mendatang. Ladies and gentlemen, please give a warm welcome to the art of "KOKORU" papercraft! ^_^ *Ta-Ta-Ta-Ra-Ra Circus Ta-Ta-Ta-Ra-Ra Afro Circus Afro Circus Afro POLKA DOT POLKA DOT POLKA DOT POLKA DOT!* (niru Marty the Zebra - Madagascar 3)

Kokoru Paper adalah singkatan dari CO-lor CO-RRU-gated paper, yang artinya kertas berwarna yang bergelombang atau kertas gelombang warna. Kokoru merupakan produk kertas gelombang warna pertama di Indonesia persembahan dari PT Sinar Mas, buatan Indonesia lho!  Cintailah produk dalam negeri! *iklan* Untuk parents yang kebingungan anaknya mau disertakan dalam kegiatan apa, kokoru cocok untuk melatih imajinasi anak dan pengisi waktu liburan yang sangat edukatif.  

So, What are you waiting for? Let's do some Kokoru!!! I also did some Kokoru my selves and let my imagination flies to my nostalgic moment back then like I was little... It's really fun and colorful! Feels good & refreshing... Have fun!


Kokoru tersedia dalam dua pilihan dengan pilihan warna-warni:
- Kokoru Hachi (21 cm x 24,7 cm)
- Kokoru Ichi (1,3 cm x 50 cm)
more info: www.kokoru.co.id  


TOOLS NEEDED
 

BASIC TECHNIQUE

more: 


HOW TO MAKE ANGRY BIRDS
 

HOW TO MAKE PAPOY Minions
(from: "Despicable Me")


ANOTHER FEATURES
    

  

 
 

   

Thursday, June 28, 2012

Musik dalam Ranah Teoritik - Resensi Buku Pengetahuan Dasar Musik Teori (untuk semua instrument)

MUSIK DALAM RANAH TEORITIK
oleh: Michael Gunadi Widjaja

RESENSI BUKU
"PENGETAHUAN DASAR MUSIK TEORI UNTUK SEMUA INSTRUMEN"
karya JELIA MEGAWATI HERU, M.Mus.Edu


Buku karya Jelia Megawati Heru, layak untuk disambut gembira dan tentunya diapresiasi - oleh semua kalangan yang berkutat dalam musik juga oleh siapa saja yang ingin menyapa dan menggeluti musik sampai pada esensinya yang dalam. Di tengah sangat langkanya buku tentang musik dalam bahasa Indonesia dan ditulis oleh orang Indonesia. 

Buku ini diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Direktorat pembinaan Kursus dan kelembagaan, dan terbit pada 2010. Ditilik dari penerbitnya, jelas bahwa buku ini sangat representative dalam artian sebuah buku untuk publik. 

Tentu tujuan instruksionalnya adalah member pembelajaran dan pendidikan musik yang baik dan benar bagi masyarakat. Direktorat dan sub Direktorat yang dipercaya menerbitkan buku ini, jelas mengacu pada keperluan pendidikan luar sekolah atau sektor non formal dan informal. Secara tegas dalam hal ini adalah kursus-kursus musik. Memang jika kita perhatikan dengan seksama, justru kursus-kursus musik itulah yang menjadi tulang punggung perkembangan pendidikan musik di tanah air.


Jelia Megawati Heru sendiri adalah seorang music educator alumni Jerman dan banyak menggeluti bidang pendidikan musik, juga melakukan fungsi advisory pada sekolah musik dan kursus musik, selain memberikan seminar seputar pendidikan musik.

Judul buku adalah “Pengetahuan Dasar Musik Teori untuk Semua Instrumen”. Yang menarik adalah ,judul tidak menyebut TEORI MUSIK melainkan MUSIK TEORI. Dengan demikian, buku ini bukanlah sebuah paparan teori tentang musik, melainkan lebih dari itu. Buku ini adalah buku musik dalam ranah teoritiknya.

Kata Pengantar diberikan oleh Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dari Kementrian Pendidikan Nasional. Bahwa buku ini merupakan bagian dari uji standar kompetensi yang terus berkembang dan berkesinambungan. Agar tiap individu yang berkompeten meningkatkan keahliannya dalam hal ini adalah musik, memiliki semacam panduan. Tujuan akhirnya adalah sebuah standar kompetensi bagi lembaga non formal agar lulusannya dapat bersaing dengan lulusan lembaga formal. Dengan demikian,untuk kebutuhan sebuah standar kompetensi, tersirat juga sebuah muatan bagi jalur pendidikan formal agar buku ini juga menjadi semacam buku rujukan utama.

Jelia Megawati Heru dalam Pendahuluan bukunya, menekankan bahwa buku ini adalah pengetahuan musik yang paling dasar dan disajikan dalam paparan sederhana yang dilengkapi rangkuman, tabel, dan disusun secara metodik dan sistematis. Jelia berharap agar buku ini dapat dimanfaatkan bagi siapa saja yang mencintai musik dan ingin menjadikan musik sebagai passion dalam hidupnya. Melalui proses belajar secara sistematis dan terarah serta dengan parameter pencapaian belajar yang jelas.

Pengetahuan Dasar Musik Teori Untuk Semua Instrumen, terdiri dari 296 halaman termasuk lampiran dan daftar pustaka rujukan. Disajikan dengan tata warna termasuk foto dan tabel. 

Sistematikanya terbagi dalam 7 bab, dengan rincian sbb:
  • Bab I      Hal Ikhwal Musik (Music & About Music) 
  • Bab II     Notasi Musik (Music Notation) 
  • Bab III    Tentang Ritmik (Rhythm) 
  • Bab IV     Interval 
  • Bab V      Akor (Chords) 
  • Bab VI     Tangganada (Scales) 
  • Bab VII    Aspek Penyajian Musik (Performance Direction)


Bab I dimulai derngan definisi dan musik secara konseptual. Jelia memaparkan definisi musik secara historis dengan menyertakan mitologi Yunani tentang dewa-dewa yang bermusik. Digagas juga tentang peran dan fungsi musik terutama dalam hubungannya dalam konteks inter disipliner keilmuan. Pengertian dan konsep musik kemudian mengerucut pada esensi musical, yakni nada. Jelia membahasnya dengan paparan bahasa sederhana dan mudah dipahami, meski ranah pembahasannya bertalian dengan teori fisika dasar tentang frekuensi dan bunyi sebagai gelombang. Konsep nada menyertakan paparan detail sampai kepada sistem garpu tala. Bab I diakhiri dengan meletakkan dasar tentang elemen musik bagi pembahasan bab berikutnya.


Bab II secara khusus membedah musik dalam ranah sebuah materi yang literer. Bab ini bicara tentang notasi dan simbol musik. Pembahasan Jelia dalam bab ini sangat edukatif, sehingga memungkinkan Bab II ini dipakai sebagai rujukan utama dan bahkan buku teks bagi siswa musik yang masih berusia dini. Banyak konsep baru dalam Bab II ini. Seperti halaman 35, yang memandang fisik not dalam system koordinat. Sumbu x yang horizontal memiliki parameter duration dan sumbu y vertikal untuk pitch atau laras. Juga tentang Beam atau pengelompokan berdasar nilai not. Jelia mengkonsepkan sebagai dasar aliran ritmik (halaman 39).


Bab III secara mendalam berbicara tentang ritmik. Bukan ritmik sebagai pola stillo ritmico melainkan ritmik dalam hal yang essensial. Seperti marka slur, tanda birama, birama tunggal, dan birama majemuk atau compound time signature. Nampak jelas bahwa Jelia menekankan ritmik sebagai sebuah konsepsi aplikatif dalam hubungannya dengan aliran frase atau kalimat musik. Bab I sampai dengan III dapatlah dikatakan berisi hal-hal prinsip yang mendasar bagi musik sebagai konsep. Untuk pemahaman dan pendalaman bagi pengguna, Jelia menyertakan juga latihan-latihan di tiap bab ini secara sangat komprehensif.

 


Bab IV mengenai Interval. Sebuah pendeskripsian “jarak” antar nada dan merupakan dasar bagi penyusunan akor. Dalam buku ini dijabarkan interval dengan sangat mendalam. Nyata benar bahwa Jelia telah mengupayakan agar buku ini dapat menjadi dasar bagi pemahaman harmoni pada music modern. Untuk itu pembahasan interval meluas sampai pada complementary interval dan bahkan consonant dan dissonant interval. Dissonant interval adalah dasar bagi penyusunan harmoni progresif dari Musik Jazz.


Bab V sebetulnya adalah aplikasi atau penerapan dari Bab IV. Yakni tentang Akor. Sebagaimana peletakan dasar saat membicarakan interval, pembahasan tentang akord juga sangat luas namun tetap dengan bahasa dan langkah-langkah yang sederhana dan mudah dimengerti. Dibahas juga tentang kadens atau gerakan akor sebagai penutup. Sebagai bahan latihan, Jelia memilih “Prelude Well-tempered” dari J.S Bach. Prelude Bach ini tersaji dalam teknik arpeggio dengan struktur akor yang sangat kompleks. Diandaikan jika seseorang telah dapat menganalisa akor dalam Prelude Bach ini, sesuai uraian penjabarannya, dapat dipastikan adanya persepsi dan apresiasi yang positif khususnya terhadap akor dalam musik modern, yang seringkali sangat “asing” bagi telinga kebanyakan orang.


Bab VI secara khusus bicara tentang tangganada atau scale. Pokok bahasan ini memang agak kontroversial. Beberapa musikolog menganggap scale penting untuk mengetahui geografi dan penguasaan instrument. Sebagian lagi menganggap scale adalah membosankan dan tidak efektif serta menghabiskan waktu saja. Namun Jelia membahas tangganada atau scale dalam konteks materi musik teori. Yang dibahas adalah keterkaitan tangganada dengan akor. Ini sangat penting sebagai dasar untuk mengapresiasi dan bahkan melakukan improvisasi pada musik modern.


Bab VII Tentang petunjuk penyajian musik. Lebih kepada aspek musikalitas, seperti dinamika dan sekilas teknik direksi untuk menjalankan fungsi dirigen. Sebagai pelengkap disertakan tabel yang memuat nomenclature istilah music dalam bahasa Italia disertai penjelasannya yang sangat gampang dipahami. Juga terdapat FLASH CARD atau bahan untuk digunting dan menjadi kartu tebak-tebakan. Ini sangat pas bagi siswa anak-anak.
FLASH CARDS

Hampir tak ada kekurangan dalam buku ini. Jikapun ada adalah jika buku ini hendak dipakai sebagai rujukan utama, tenaga edukatifnya perlu memiliki pemahaman yang layak. Karena meskipun sangat sistematis, cakupan dalam buku ini juga tergolong luas. Beberapa bab dalam kegiatan pengajaran saya, memang dapat dipahami siswa dan orang tua secara mandiri. Beberapa lagi menuntut lebih banyak contoh dari tenaga pengajar. Masalah lain adalah bahwa sampai hari ini, Kementrian Pendidikan Nasional belum mendistribusikan buku ini secara signifikan. 

Maksud dari resensi ini juga sebetulnya adalah preview terhadap karya anak bangsa dalam ranah pendidikan musik sebagai upaya penyebaran materi pendidikan musik yang layak.

Sumber:

Golden Fingers @ Kawai Newsletter No. 29 (June 2012)

GOLDEN FINGERS  
@ KAWAI Newsletter No. 29 - June 2012



“KAWAI” THE BEST PIANO IN THE WORLD
FOR GOLDEN FINGERS PIANO ENSEMBLES
by: Michael Gunadi Widjaja
composer & music worker



"Has comes into your mind when the word strings comes up?"

Most people would immediately associate it with violin. 
However, strings in classical music can also be implemented for other instruments such as piano or a guitar that uses strings as it main part.

The piano is pretty much intimate instrument that work fantastically for solo, group ensemble or orchestra. But not many know that the piano alone or a bunch of guitars can be an ensemble of its own and entertain us with a rich range of melodies.

A piano that is played by two people, three people or even four people could actually give you less monotone and a more interactive performance to watch. This is the essence that Jelia Megawati Heru has captured and implemented in her performance: “Golden Fingers Piano Ensembles” March 4th, 2012 at Taman Budaya Tegal, Central Java – as the soft opening for the most representative cultural arena theatre of the city with capacity of 1000 seats, professional lightings, and stage.

Jelia Megawati Heru is a music educator who graduated from Fachhochschule Osnabrueck Konservatorium Institut fuer Musikpadagogik and majored in music education for piano in Germany. She created event that will showcase the young teachers that she developed to participated in her music program. The Golden Fingers is not just an usual piano ensembles group, but a pilot project to implement the concept of  “Music from Passion”. Jelia believes that the piano ensemble is not only about playing piano together, but it is an actual effort to liven up the music.

About 15 repertoires from one piano - four hands, six hands, two pianos - eight hands to two pianos - twelve hands are chosen with various genres from Classical, Pop, Jazz, even traditional folksongs of Indonesia like Dang Dut. Featuring the imitation sound of the typewriter & interactive Leroy Anderson’s “The Typewriter” (for one piano – four hands) with note bells, theatrical Ralph Federer’s “Scarlet Cape”, William Gillock’s “Champagne Toccata”, and sensual composition of Indonesian composer Michael Gunadi Widjaja “Kemben” (for two pianos - eight hands) among others. With 6 talented pianists lining up for this event, these two-hours long concerts would be very dynamic and attractive to watch. 

Leroy Anderson "Typewriter" 
(for piano, four hands with note bells)

Ralph Federer "Scarlet Cape"
(for one piano, four hands)

Michael Gunadi Widjaja
- Medley Indonesian Folk songs -
"Soleram - Warung Podjok - Yamko Rambe Yamko" 
(for one piano, four hands)

William Gillock "Champagne Toccata" 
(for two pianos, eight hands)

That night, KAWAI RX-5 is able to accommodate the needs of Golden Fingers Piano Ensemble to produce a good accurate musical tuning, create rich differs tone character, also great mechanism touch, that makes the music much more passionate. Even the city major of Tegal, Mr. H. Ikmal Jaya SE, Ak. also gave a special music performance in that evening. KAWAI RX-5 has proven itselves worthy to hold the title as one of the best piano in history of Tegal.

It seems that piano nowadays has something more to offer than just a piano after all like what HIROTAKA KAWAI said:"At Kawai, the quest for perfection is not just an ideal... but a duty."

KAWAI as "The Future of the Piano" has made ​​history that the piano music is an art that can’t be separated from the piano as a product of art with precision and accuracy as well as exceptional accuracy. No wonder if George Kolakis said KAWAI Piano is one of the best in the world!

Monday, June 25, 2012

Miscellaneous Music Jokes, Victor Borge's Quotes & Famous Musician Anecdotes



MISCELLANEOUS MUSIC JOKES




Q: Why did Mozart kill his chickens? 
A: Because they always ran around going "Bach! Bach! Bach!"

These jokes are so bad I can't Handel them.
They make me Lizstless.
They can be too Mendlesohm.
You'd better go out Bach and stay in Haydn

"Music is spiritual. The music business is not." 
Van Morrison 

 "Country music is three chords and the truth."
Harlan Howard

A pianist is playing in a seedy, Mafia-owned tavern in South Jersey...
it's 11:55 PM, and he's 5 minutes away from the end of his gig. 

The owner's assistant comes up to the pianist and says:
"Da boss wants you should play Strangers In Da Nite."
The pianist says: "Okay, no problem."

The henchman continues: "Da boss wants you should play it in F#"...
The pianist says "I usually play it in F, but no problem!"

The henchman goes on: "Da boss wants you should play it in 5/4 time."
The pianist says "But the song is in 4/4 time...How am I supposed to do that?"

Henchman asks him: "Look, you want paid or not?"
So the pianist improvises an introduction,
and as he gets to the opening notes of the song, 
he hears, in a really ugly, raspy voice behind him:
"Strangers in-da-friggin' night...exchanging glances; 
Strangers in-da-friggin' night ..."
 

VICTOR BORGE'S QUOTES

 
"I only know two pieces; 
one is 'Clair de Lune' and the other one isn't."

"I do not have a single white note on my piano; 
my elephant smoked too much."

"I wish to thank my parents for making it all possible...
and I wish to thank my children for making it all necessary."

"In my youth, I wanted to be a great pantomimist,
but I found I had nothing to say."

 
"Did you know that Mozart had no arms and no legs? 
I've seen statues of him on people's pianos."

"Beethoven wrote in three flats a lot. 
That's because he moved twice."

When asked the difference between a violin and a viola, 
Victor replied, "a viola burns longer."

Borge's mischievous sense of humor was manifest from an early age. 
Asked as a child to play for his parents' friends he would announce 
"a piece by the 85-year-old Mozart" and improvise something himself.

Borge came to America to escape the Nazi occupation of Denmark in World War II. 
Starting to re-build his career, he was excited to get a booking at a large club in Florida, 
for which he was to be paid one dollar for each member of the audience. 
Three hundred guests saw his show, which was a tremendous success. 
When it came time to be paid, 
Borge pointed out to the management that 
the club's 40 waiters had also greatly enjoyed his performance. He got $340.


FAMOUS MUSICIAN ANECDOTES 
Leonard Bernstein (1918-1990),
American conductor, composer and pianist. 

On one occasion, Bernstein's father was criticized
for not having given his talented son more encouragement when he was a child.
The father protested, "But how was I to know that he would grow up to be Leonard Bernstein?"


Alexander Borodin (1833-1887),
Russian professor of chemistry and medicine, 
who also composed music in his spare time.

There was a suit in which two young composers sued each other,
each accusing the other of plagiarism.
Borodin was called as an expert witness.
Both compositions were played and the court asked Borodin who was the injured party.
He answered, "My friend Mussorgsky."


Aaron Copland (1900-1990),
US composer.

One day Copland was in a bookshop when he noticed that a woman was buying two books
a volume of Shakespeare, and Copland's What to Listen For in Music.
As the customer turned to leave, he stopped her and asked,
"Would you like me to autograph your book?"
The woman looked blankly at the proud composer and asked, "Which one?"

Vernon Duke (1903-1969),
US composer, born Vladimir Dukelsky in Russia
among his famous songs is April in Paris.
Inspired by Duke's famous song,
a friend of his decided to spend three weeks in Paris one April.
The weather was appalling, and when he returned he told Duke so.
"Whatever possessed you to go to Paris in April" asked the composer.
"The weather in Paris is always horrible in April."  The astonished friend said,
"But, I went there because of your song!"
 "Oh," said the composer apologetically.
We really meant May, but the rhythm required two syllables.

Albert Einstein  (1879-1955),
German born physicist
He lived in the US after 1933 in Princeton, New Jersey,
Einstein played violin in a string quartet.
He thoroughly enjoyed it, but the other musicians were less enthusiastic.
One of the other players confided, "He can't count."

Will Rogers (1879-1935),
US comedian, vaudeville performer, film actor and radio personality. 
Will Rogers received may requests for testimonials for products of all sorts.
He refused to endorse any product that he personally could not put to the test.
When a piano manufacturer asked him to endorse their products,
he wrote, "Dear sirs: I guess your pianos are the best I ever leaned against.
Yours truly, Will Rogers."



Pablo de Sarasate (1844-1908),
Spanish violinist and composer.

A wealthy hostess invited Sarasate to a dinner,
in the hope that her guests might be treated to a free recital by the great player afterward.

During the meal, she broached the subject,
asking Sarasate whether he had brought his violin with him. 
"No, madame," he replied,
"my violin does not dine."

In the latter part of his career,
Sarasate received a visit by a famous music critic, who proclaimed him a genius.
Sarasate commented later, "For thirty-seven years I've practiced fourteen hours a day,
and now they call me a genius!"



Erik Satie (1866-1925),
French composer of songs and piano pieces.

Satie attended the premiere of  Debussy's La Mer,
the first part of which is titled From Dawn to Noon on the Sea.
After the performance, Debussy asked Satie what the thought about the new work.
Satie replied, "I liked the bit about quarter to eleven."


George Shearing (1919- )
Jazz pianist, born in Britain. Came to the USA in 1947. He was blind from birth. 

Asked by an admirer whether he had been blind all his life, Shearing replied, "Not yet."
One afternoon at rush hour, Shearing was waiting at a busy intersection
for someone to assist him in crossing the street.
Another blind man tapped him on the shoulder
and asked if Shearing would mind helping him to get across.
"What could I do?" said Shearing later.
"I took him across, and it was the biggest thrill of my life!"


Sir Arthur S. Sullivan (1842-1900),
British composer and conductor 

Sullivan returned home one night after a lively party 
at which the wine had flowed freely.
His house was one in a row of identical terraced houses on his street,
and he realized that in his inebriated state he couldn't tell which house was which.
His solution to the problem?

He walked along the street,
and in front of each house he kicked the metal shoe scraper that was installed there.
One rang a familiar note. "E-flat, that's it,"
he said quietly to himself, and walked confidently into his own house.

Friday, June 22, 2012

The Art of Music Performance

THE ART of MUSIC PERFORMANCE
by Barry Green


The key to staying in the zone is to stay with the music,
to stay with your role as the messenger
who brings the audience this gift.
This is your obligation and your pleasure.

 When we recognize that the zone exists
and allow ourselves to be touched by it,

we can enter a world of balance, perfection and beauty.

In this space, we are able to perform

from a place of potential that we often don’t realize

 exists within each and every one of us.
This place of musical magic is always there,

as close as our own concentration. 

 When you feel the sweep of the music
flowing through you and trust the instincts
you have established through passion and practice,
you are far more likely to get the individual notes right
 and project the spirit of the music loud and clear.
And it is that spirit of the music
that the audience actually responds to.

So often one can perform memorized music
in the comfort of your private practice space.
But expressing oneself in public
demands a higher level of mastery.


  

THE ART of PLAYING MUSIC TOGETHER
by Barry Green

The process of merging with another individual in a duo
 or a larger group of musicians, or with an audience,
 is the essence of communication

There has to be a willingness to participate
that comes from trusting or letting go
 to the energy and spirit of the music, whether
you are a performer or a member of the audience. 

This communication is made possible
by the silent rhythm that connects everyone.
This is what allows for spontaneous magic
to lift people into a perfect synchrony
where everyone can perform
and experience the music as one.

Monday, June 18, 2012

QUOTES about WA. MOZART

 What other composers say about Mozart?
Read some famous quotes by another composers about WA. Mozart!



“The marvelous beauty of his quartets and quintets, 
and of some of his sonatas, 
first converted me to this celestial genius, 
whom whence forth I worshiped.”  
~  Hector Berlioz, Memoirs

“It is hard to think of another composer who so perfectly marries form and passion.” 
~ Leonard Bernstein

“If we cannot write with the beauty of Mozart, 
let us at least try to write with his purity.”  
~  Johannes Brahms,  
In a letter to Antonin Dvorak

“Together with the puzzle, Mozart gives you the solution.” 
~ Ferruccio Busoni

“Mozart encompasses the entire domain of musical creation, 
but I’ve got only the keyboard in my poor head.” 
Frederic Chopin

“Mozart tapped the source from which all music flows, 
expressing himself with a spontaneity and refinement and breathtaking rightness.”  
~  Aaron Copland, Copland on Music, 1960

“I have never known any other composer to possess such an amazing wealth of ideas. 
I wish he were not so spendthrift with them. 
He does not give the listener time to catch his breath…”  
~  Karl Ditters von Dittersdorf, Contemporary of Mozart, in his Autobiography

 

“Mozart’s music is particularly difficult to perform. 
His admirable clarity exacts absolute cleanness: 
the slightest mistake in it stands out like black on white. 
It is music in which all the notes must be heard.”  
Gabriel Faure

“Before Mozart, all ambition turns to despair.”  
~  Charles Gounod

“In Bach, Beethoven and Wagner we admire principally 
the depth and energy of the human mind;
in Mozart, the divine instinct.”  
~  Edvard Grieg

“I tell you before God and as an honest man 
that your son is the greatest composer known to me; 
he has taste and in addition the most complete knowledge of composition.”  
~  Franz Joseph Haydn,  
to Leopold, Mozart’s father, 
after hearing the six quartets Mozart dedicated to him in 1785

“The place in the center belongs to Mozart, 
due to the universality of his genius.”  
~  Franz Liszt,  
in a letter to Marie zu Sayn-Wittgenstein, December 10, 1872

“I replied, however, that I should be only too happy 
to renounce all my virtues in exchange for Mozart’s sins.”  
~  Felix Mendelssohn, Letters

“Beethoven I take twice a week, Haydn four times, 
and Mozart every day!”  
~  Gioachino Rossini

“Give Mozart a fairy tale and he creates without effort an immortal masterpiece.”  
~  Camille Saint-Saëns

“O Mozart, immortal Mozart, how many, 
how infinitely many inspiring suggestions of a finer, 
better life have you left in our souls!”  
~  Franz Schubert, Diary, 1816

“Does it not seem as if Mozart’s works become fresher and fresher the oftener we hear them?”  
~  Robert Schumann

“The most tremendous genius raised Mozart above all masters, 
in all centuries and in all the arts.”  
~  Richard Wagner

SOURCES:
Encarta Book of quotations, Macmillan (2000)

Mozartiana, Two centuries of Notes, Quotes and Anecdotes 
about Wolfgang Amadeus Mozart
by Joseph Solman, Macmillan (1990)

Monday, June 11, 2012

Movie Recommendation "The Pianist" (2002)

"THE PIANIST" (2002)
 MOVIE RECOMMENDATION 


"THE PIANIST" adalah sebuah film yang diproduksi pada tahun 2002 yang disutradarai oleh Roman Polanski.

Film ini diinspirasi dari sebuah memoir karangan Wladyslaw Spilzman (Adrien Brody), seorang pianis Yahudi Polandia. Film ini juga mendapatkan anugerah Palme d'Or di Festival Film Cannes. Dan juga mendapatkan Penghargaan Oscar.

SINOPSIS

 
Wladyslaw Spilzman (Adrien Brody) adalah seorang pianis Yahudi Polandia yang terkenal, bekerja di Radio Polandia. Pada bulan September tahun 1939, stasiun radio dibom oleh serangan Nazi Jerman. Dia pulang kampung dan menyadari bahwa Inggris dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman. Dia pun percaya kalau perang akan selesai secepatnya dan keluarganya pun bahagia. Sebagai seorang musisi, Spilzman berpikir ia tetap bisa bekerja sebagai pemain piano di restoran, karena seorang artis masih dihormati.

 


Tetapi ketika pendudukan Nazi di Polandia semakin mendesak, keluarga Yahudi diwajibkan untuk membatasi jumlah uang, memakai ikat tangan berlambang Bintang Daud, dan pada tahun 1940, Nazi pun menyerang Ghetto (Perkampungan) Yahudi di Warsawa. Mereka pun menghadapi teror, kelaparan dan kematian di situ. Sebagian dari mereka pergi ke kamp konsentrasi di Treblinka. Keluarganya terpilih untuk dideportasi ke kamp konsentrasi Jerman. Untungnya, Wladyslaw Splizman selamat dari sweeping Yahudi berkat bantuan seorang perwira Jerman yang bekerja di Polisi Yahudi. Walaupun begitu, dia terpisah dari keluarganya. Dia pun bertahan sendiri.

 The Trailer of "The Pianist"


Sewaktu hidup dalam persembunyian, ia menyaksikan banyak kekejaman pasukan SS (Schutzstaffel), seperti pembunuhan berantai, dan pembakaran massal. Spilzman juga menyaksikan penyerangan terhadap Ghetto Warsawa, dimana para Yahudi berusaha mempertahankan Ghetto-nya, tapi mereka pun kalah dari SS yang kekuatannya lebih besar.

Satu tahun berlalu dan kehidupan di Warsawa serasa hidup di kota hantu. Pada saat itu, Spilzman nyaris mati karena sakit dan kekurangan makanan. Setelah semua penduduk Polandia kabur, dan semua prajurit SS mundur dari Warsawa karena serangan Soviet, Spilzman pun sendiri.

Menolak untuk menghadapi kematian, Wladyslaw pergi bersembunyi di sebuah apartemen nyaman yang disediakan oleh teman. Namun, ketika dia dermawan hilang, Wladyslaw dibiarkan mengurus dirinya sendiri dan dia menghabiskan beberapa tahun ke depan gagah dari satu rumah ke yang lain ditinggalkan, putus asa untuk menghindari penangkapan oleh tentara pendudukan Jerman.



Dia pun mencari makanan dari rumah yang tidak dibom, dan ketika itu, dia menyadari bahwa dia sedang dilihat oleh seorang perwira Jerman bernama Kapten Wilhelm Hosenfeld (Thomas Kretschmann). Dia menyuruh Spilzman untuk memainkan lagu di piano. Akhirnya, Spilzman memainkan lagu Chopin "Ballade in G minor". Dia pun menyuruh Spilzman agar tidak bersembunyi. Setelah itu, Hosenfeld mengirim makanan kepada Spilzman, walaupun Spilzman seorang Yahudi. Ternyata memang Hosenfeld tidak tahu identitas Spilzman sebagai seorang Yahudi.

The Climax Scene of the Movie "The Pianist"


Beberapa minggu kemudian, tentara Jerman mundur dari Warsawa karena serangan Soviet. Sebelum berpisah, Hosenfeld bilang pada Spilzman bahwa namanya dalam Bahasa Jerman adalah Spielmann, yang arinya orang yang selalu bermain (player). Hosenfeld memberinya mantel (overcoat) tentara Jerman. Ketika pasukan Polandia mencapai Warsawa, mereka menemui Spilzman dan mereka mengiranya pasukan Jerman. Mereka pun menembak, tapi Spilzman mengatakan bahwa ia Yahudi dan tembakan pun berhenti. Ketika ditanya, mengapa memakai mantel tentara Jerman, dia hanya bilang "Saya kedinginan".

Ketika sebuah kamp konsentrasi dibebaskan oleh pasukan Soviet, Kapten Hosenfeld tertangkap disana. Kapten Wilm Hosenfeld pun meminta pembelaan dari Spilzman. Sayangnya, Spilzman datang terlambat ke kamp konsentrasi itu karena Hosenfeld sudah dibawa pergi ke Soviet. Film pun berakhir dengan konser Spilzman di Warsawa yang membawakan lagu Chopin "Grande Pollonaise Briliante in E flat major".


"The Pianist" didasarkan pada riwayat dengan nama yang sama dengan kehidupan nyata Wladyslaw Szpilman, buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1946 sebagai "Death of a City", tetapi dilarang oleh pejabat Komunis Polandia dan baru naik cetak pada tahun 1998, edisi ini dikeluarkan dengan judul "The Pianist".