Tuesday, October 11, 2011

PIANO ENSEMBLE "GOLDEN FINGERS"

PIANO ENSEMBLE "GOLDEN FINGERS"



ABOUT PIANO ENSEMBLE
“I paint alone - MY picture, MY interpretation of the sky. MY poem, MY novel.
But in music - ensemble music, not soloism - WE share.
No altruism this, for we receive tenfold what we give”

Piano Ensemble merupakan permainan musik piano dengan menampilakan performer lebih dari satu orang dengan format yang sangat bervariasi mulai dari satu piano/empat tangan, satu piano/enam tangan, dua piano sampai dua piano/delapan tangan.

Piano ensemble memberikan wadah dan kesempatan bagi semua pianis dari anak-anak sampai orang orang dewasa sekalipun yang ingin merasakan pengalaman bermain musik di dalam suatu grup – seperti di dalam orkestra, band, atau jazz combo.

Setiap pemain mempunyai andil dalam memberikan kontribusi untuk menciptakan musik. Disini terletak keunikan bermain dalam sebuah piano ensemble, yaitu: unsur sosial/interaksi yang sangat tinggi dengan pemain yang lain, bahkan juga dengan penonton.

Event piano ensemble ini akan memberikan kesempatan untuk bermain piano di semua kemungkinan konfigurasi yang tidak bisa terbayangkan sebelumnya, dimana permainan piano klasik yang sebelumnya identik dengan “monoton”, “tidak bisa dimengerti”, “boring” akan menjadi sangat interaktif, kreatif, humoris, menarik, menyegarkan, energetik, dan sangat memberikan inspirasi bagi pendengar “awam” sekalipun.


Konser ini terbagi menjadi dua sesi:

1. Sesi yang pertama merupakan kombinasi permainan 1 piano/4 hands, 1 piano/6 hands, 2 pianos/8 hands untuk kategori anak-anak usia 6 tahun hingga remaja 16 tahun. (Level: Beginner & Intermediate)

2. Sesi yang kedua merupakan kombinasi permainan 1 piano/4 hands, 1 piano/6 hands, 2 pianos dan 2 pianos/8 hands untuk kategori dewasa (Level: Late Intermediate & Advanced).*

*Sesi yang kedua ini merupakan project independen Ms. Jelia Megawati Heru dalam melatih guru-guru piano untuk saling berkolaborasi dan belajar bersama dalam sebuah piano ensembles. Tujuan nya salah satunya adalah menerapkan iklim belajar, hubungan yang positif diantara sesama guru. Guru-guru piano ini datang dari berbagai sekolah musik, saling belajar, sharing, dan berkembang. Guru-guru ini dilatih oleh Ms. Jelia sendiri secara cuma-cuma (for free), mereka boleh membawa pieces yang diinginkan untuk dilatih, atau repertoire yang dipilihkan dan disediakan untuk mereka. Mereka bebas untuk bertanya apa saja dan saling belajar satu dengan yang lainnya. Dalam project ke depannya, guru-guru ini akan konser bersama secara rutin dalam karya-karya format piano ensembles yang ada. Info tentang seputar piano ensembles, manfaatnya, tips berlatih, pieces, testimony bisa dilihat pada: http://piano-ensembles.blogspot.com/

P R O G R A M
1st SESSION

1. Ruth Ellinger “Baloon Pop Polka” (for 2 pianos, 8 hands)

2. Martha Mier “Agent 003”: moderato (for 1 piano, 6 hands)

3. Robert D. Vandall “Triple Dip” (for 1 piano, 6 hands)

4. Melody Bober "Play It in Peoria" (for 1 piano, 4 hands)

5. Arr. David Carr Glover – “Chopstick, Here and There”:
Traditional (moderately) – Russia (slowly) – France (moderately) – U.S. of A (moving along) (for 1 piano, 4 hands)

6. Randall Compton (1954*) “CS Theme and Variation” : Lento a capriccio – Presto (for 1 piano, 4 hands)

7. Leroy Anderson "The Typewriter" (for 1 piano, 4 hands)

8. Kevin R. Olson “Perpetual Commotion” (for 2 pianos, 8 hands): with nonstop energy

9. William Gillock “Champagne Toccata” (for 2 pianos, 8 hands): Allegro

10. Jazz for Three by Robert D. Vandall. For piano six-hands. Piano Trio (1 Piano, 6 Hands)

 
2nd SESSION

1. Eduard Holst - “Diana Grand Valse de Concert”: Andante, Valse con fuoco (for 2 pianos, 8 hands)

2. Robert D. Vandall “Jubilation! Toccata” (for 1 piano four-hands)

3. Arthur Benjamin "Jamaican Rhumba" (for 1 piano, 4 hands)

4. Darius Milhaud (1892-1974) “Scaramouche Suite for two Pianos” , 3rd Movement – Brazileira, Mov. de Samba

5. PI. Tschaikovsky - “Sleeping Beauty Waltz” op. 66, No. 6 9 (for 2 pianos, 8 hands)

6. Eugene Rocherolle “Jambalaya” (for 2 pianos, 8 hands)

7. Astor Piazzolla (1921-1992) “Libertango” (for two pianos): Allegro giusto

8. Mack Wilberg - “Fantasy on theme from Bizet’s CARMEN” (for 2 pianos, 8 hands)

9. Kevin Olson "A Scott Joplin Rag Rhapsody" (for 2 pianos, 8 hands)


Featuring...
Michael Mamo, Angel Yoeshwono, Lara Yavuzdogan, Agaputra Oepangat, Dioputra Oepangat, Madeline Audrey Wiguna, Aprilia, Dirayati Turner, Mustafa Turner, Patrisia Trisnawati, Clarissa, Amanda Purnama Suci, Christine Paulina, Angelica Liviana, Talitha Theodora and Keniawaty.

Ticket (RSVP): VIP Rp 100.000,- Regular Rp 50.000,-

More Information: 021 - 32824999 or 0818 - 918520

Website: http://piano-ensembles.blogspot.com/

Twitter: @trisiakeren or @jeliaedu
 

Friday, October 7, 2011

SEJENAK MENELISIK PELAJARAN GITAR KLASIK

Dear music lovers, salam musikal! 
Here is some great article from Michael Gunadi Widjaja about classical guitar lesson! 
Read and learn! Hope could inspire you all! Enjoy!
 
SEJENAK MENELISIK PELAJARAN GITAR KLASIK

By Michael Gunadi Widjaja


Andres Segovia, sang legenda gitar klasik berujar demikian: “Gitar adalah alat musik yang unik. Bisa dimainkan sambil bersahaja, bisa juga didalami sampai ke tingkat master“. Sebutan gitar “klasik” sendiri, berlaku bagi gitar akustik yang berdawai nylon. Jadi apapun jenis musik yang dimainkan,sejauh dipergunakan gitar akustik berdawai nylon, orang akan rame-rame mengatakan bahwa yang sedang diperdengarkan adalah gitar klasik.

Sejarah gitar klasik itu sendiri tidaklah setenar dan se-glamour piano ataupun biolin. Lama orang menganggap bahwa gitar klasik tak ubahnya piranti pengiring belaka. Terutama di kedai minum.”Pendekar gitar klasik seperti Fernando Sor, Ferdinando Carulli saat itu sudah banyak membuat repertoire gitar klasik dengan virtuositas tinggi. Namun pamor gitar klasik tetap kalah dengan piano dan biolin. Pamor gitar klasik mulai terangkat oleh jasa Andres Segovia. Dengan kemampuan dan keberanian luar biasa, Segovia tampil membawakan transkripsi Chaconne - J.S. Bach untuk biolin, yang dia transkripsikan untuk gitar. Awalnya banyak orang mencemooh, mengejek dan menyangsikan bagaimana mungkin gitar yang kampungan dapat merajut komposisi biolin yang halus. Andres Segovia menjungkir balikkan semua cemoohan tersebut.

Keberhasilan Andres Segovia,tak terlepas dari andil sang guru. Francisco Tarrega - seorang guru dan master yang sangat pendiam dan sama sekali tak narsis. Tarrega lah yang meletakkan sendi utama gitar klasik. Posisi memegang gitar dengan menggunakan tatakan kaki atau footstool. Teknik mano isquierda solo atau bermain dengan tumpuan jari tangan kiri saja tanpa dipetik.Etude-etude singkat dan efektif bagi finger dexterity. Pendek kata, dunia gitar klasik “berhutang budi” pada Tarrega. Dasar sendi yang diletakkan Tarrega lah yang mempengaruhi pelajaran gitar di jaman kita sekarang ini.

Berbeda dengan piano, anak kecil,anak-anak tak lazim belajar gitar. Memang ada gitar berukuran kecil untuk anak-anak,namun hambatan anatomi jari merupakan faktual yang cukup menyulitkan dan merepotkan. Ambil rata-rata,gitar klasik paling lazim diajarkan pada usia mulai 10 tahun.

Jika kita atau anak kita ingin belajar gitar,langkah pertama adalah langsung membeli gitarnya. Berbeda dengan piano yang bisa dibeli setelah 2 atau 3 bulan pelajaran. Gitar mutlak ada sejak pertama menginjakkan kaki di ruang belajar. Karena belajar gitar sejak pertama kali sudah menemukan sebuah “tantangan” fisik berupa adaptasi penyesuaian anatomi jari. Untuk memilih gitar pertama anda,sebaiknya serahkan pada intruktur anda untuk memilihkannya. Memang banyak ditulis tips memilih gitar,namun dalam prakteknya, memilih gitar sulitnya minta ampun. Bagai memilih pasangan hidup..hehehehe.


Setelah kita membeli “my first guitar”,kita perlu tahu,apa yang akan kita dapat selama belajar gitar. Dengan kata lain,saatnyalah kita menelisik metode pelajaran gitar klasik. 

Saya lebih suka membagi jenis metode pelajaran gitar klasik sebagai berikut :

ANCIENT METHOD

Yang paling terkenal adalah metode dari Mateo Carcassi, Fernando Sor, Ferdinando Carulli. Ada pula Dionisio Aguado.

Mateo Carcassi memulai pelajaran gitar dengan manipulasi ibu jari tangan kanan (bagi yg non left handed tentu saja). Dimulai dengan dawai besar terlebih dahulu. Metode Carcassi bagus sebagai landasan awal. Kelemahannya adalah membosankan.dan Metode Carcassi tak berkesinambungan. Hanya sampai intermediate.

Sor, Carulli, Aguado, metodenya mirip-mirip. Dimulai dari scale (nada yang bertangga..ooopss…tangga nada). Kemudian arpeggio pada posisi p (pulgar/ibu jari) untuk dawai 4,5,6.i (indice/telunjuk) dawai 3.m (medio/jari tengah) dawai 2 dan a (anular/jari manis) pada dawai 1 paling bawah. Pola arpeggio menggunakan progresi chord mayor dan minor dari tangga nada yang bersangkutan dengan tingkat teknis I, IV, V. Baru kemudian diperkenalkan etuda-etuda sederhana. Meningkat pada eksplorasi finger dexterity. Metode ini berkesinambungan sampai tingkat master. Hanya saja, agak njlimet untuk dipelajari dan menuntut detail serta ketekunan extra.


MODERN METHOD

Banyak sekali macamnya.Saya hanya ingin memperkenalkan tiga saja.

Metode Eythor Thorlaksson. Mirip dengan ancient method. Hanya saja, untuk menghindari kebosanan, pengenalan nada sudah dirangkai menjadi lagu. Meskipun lagunya, karena keterbatasan ruang demi tuntutan metodik, menjadi sangat tidak familiar.


Yamaha Classical Guitar Method. Bagi saya, ini yang paling pas untuk orang Asia, termasuk Indonesia.Yamaha memulai metode gitar klasiknya dengan sebuah fundamental. Yakni sebuah buku yang berisi mixed, klasik, pop dan flamenco.Ini penting. Karena, terutama di Indonesia, gitar sangat berbeda perlakuannya dengan piano misalnya. Saat lingkungannya tahu bahwa si A kursus gitar, pastilah si A di daulat untuk “menggitari” lagu pop atau dangdut. Siswa piano jelas tak akan pernah mengalami begini. Jika siswa mempelajari metode ancient ataupun Eropa, tentulah dia takkan sanggup memenuhi “tuntutan” lingkungannya. Karena si siswa tak diajari konsep chord dan cara mengiringi pop atau dangdut. Yamaha sadar betul akan hal ini.

Metode buatan Indonesia

Yang menurut saya layak dikedepankan adalah metode dari Iwan Irawan dan Iqbal Thahir.

Iwan Irawan sebetulnya melakukan “perombakan” pada metode Yamaha. Urutan lagu pada buku Yamaha diubah agar lebih pas dengan kemampuan belajar siswa Indonesia. Ada tambahan repertoire dari kumpulan dalam buku John Mills, gitaris Inggris. Sedangkan Iqbal Thahir membuka peluang bagi tiap individu untuk bertarung memecahkan kesulitan teknisnya. Bagi Iqbal, kesulitan teknis adalah khas bagi tiap individu. Metode Iqbal Thahir lebih menjanjikan hasil yang “baik”. Mengingat konsepnya yang sangat terbuka bagi pengembangan individual.yang adalah hal esensial bagi pengejawantahan seni.

Hal yang perlu dikemukakan adalah: metode apapun yang nantinya dipakai, JANGAN BERHARAP kita bisa main greatest hits musik klasik. Jangan berharap dengan selesai metode dalam tingkat tertentu kita bisa main Fuer Elise atau Maiden's Prayer on guitar. Why? Because….guitar it’s a guitar and let it still be the guitar.